Pria Asal Jawa Tengah, Nekat Jual Bakso Seharga Rp.5.000

SORONG, – Menggunakan sepeda motor bebek supra lama yang dimodifikasi tambahan gerobak makanan dibagian kursi belakang, Jaka Surya mulai bersiap di depan SD YPPK Willy Brodus Kota Sorong, Papua Barat, Senin (7/2/22).

Sesaat lagi jam pulang anak-anak sekolah dan benar saja, setelah lonceng berbunyi, siswa-siswi satu persatu mendekati gerobak miliknya.

____ ____ ____ ____

“Mas bakso 1 ya, tidak pakai sambal. Mas bakso 1 ya pentol saja,” pesan anak-anak ini kepada Jaka.

Dengan cekatan dan cermat, Jaka pun menyiapkan secara bersamaan pesanan yang datang kepadanya bertubi-tubi.

Disela-sela kesibukannya melayani pelajar SD dan orang tua yang menunggu didepan sekolah serta warga lainnya, Jaka menuturkan kisahnya bisa berada di Sorong dan menjadi penjual bakso selama 24 tahun lamanya.

Dia mengatakan merantau ke Sorong sejak tahun 1998. Setelah merantau cukup lama, Ia pun diberikan kepercayaan memiliki dua orang anak dimana saat ini anak pertama duduk di bangku SMK kelas 2 dan yang kedua duduk di kelas 3 SD di Pulau Jawa.

Pria berusia 41 tahun ini berjualan bakso karena alasan bakat dan kemudahan. Dibantu isterinya, Ia menyiapkan keperluan jualan bakso. Setelah itu, Isterinya pun berangkat kerja untuk berjualan jamu.

Dengan mengenakan gerobak motornya, sejak pagi sampai siang hari, Jaka akan mangkal di depan SD YPPK Willy Brodus, dilanjutkan sore hari berjualan di kompleks asrama Polisi.

Bakso yang dijualpun terbilang ringan dikantong pelajar. Bagaimana tidak, semangkok bakso dia berikan Rp.5.000 bagi anak-anak SD. Terkadang malah ada yang membeli Rp.3.000. Sedangkan untuk orang dewasa Ia jual harga normal Rp10.000 tanpa telur dan Rp.15.000 pakai telur.

“Kita berjualan kalau terlalu mahal nanti tidak ada pembeli, lebih baik jualnya agak murah yang penting laris meskipun untungnya sedikit,” ungkap surya.

Meskipun penghasilan per harinya tidak menentu akan tetapi dirinya mampu menyekolahkan kedua anak yang berada di pulau Jawa.

Apalagi saat pandemi dua tahun lalu, Ia merasakan dampak yang cukup besar dengan penurunan pembeli selama dua tahun terakhir. Namun semenjak sekolah kembali diperbolehkan tatap muka, Ia pun kembali lega dan berharap situasi normal dapat kembali seperti dahulu.

“Kami ini perantau, niatnya karena Allah, cari nafkah jauh dari anak-anak tapi demi anak-anak. Saya berharap, anak-anak Saya tidak merasakan kesulitan seperti apa yang Saya dan isteri rasakan di perantauan,” harap Jaka. (Meywa/oke)

Komentar