MERAUKE, PAPUA SELATAN – Balai Bahasa Provinsi Papua tahun ini merevitalisasi (menghidupkan, melestarikan dan melindungi) sebanyak 9 bahasa daerah di Tanah Papua.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua, Sukardi Gau didampingi Widyabasa Madya, Anton Maturbongs kepada Sorongnews.com menuturkan, jika tahun 2022 sebanyak 7 bahasa daerah yang direvitalisasi maka tahun 2023 ditambah 2 bahasa daerah lagi dari Kabupaten Sorong dan Manokwari.
“Rangkaian tahapan program revitalisasi 9 bahasa daerah sudah dilaksanakan. Pertama, rapat koordinasi di Sorong bulan lalu mengundang 9 perwakilan pemda wilayah yang direvitalisasi bahasa daerahnya dan kedua hari ini pelatihan bagi guru utama di Merauke. Kami lakukan secara bertahap,” lugas Sukardi Gau disela-sela pembukaan pelatihan guru utama revitalisasi bahasa Imbuti (Marind) di Kantor Perpusda Merauke, Selasa (11/4/23).
Kepala Balai menjelaskan, tahap berikutnya diselenggarakan festival tunas bahasa ibu tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
Sukardi mengatakan, revitalisasi bahasa daerah merupakan program merdeka belajar episode 17 yang diluncurkan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Tekonologi (Kemendikbudristek).
Dikesempatan yang sama, Widyabasa Madya, Anton Maturbongs merincikan, revitalisasi 9 bahasa daerah di wilayah Papua itu diantaranya:
1. Bahasa Tobati di Kota Jayapura.
2. Bahasa Sentani di Kabupaten Jayapura.
3. Bajasa Biyokwek di Kabupaten Sarmi.
4. Bahasa Sobey di Kabupaten Sarmi.
5. Bahasa Biak di Kabupaten Biak.
6. Bahasa Kamoro di Kabupaten Mimika.
7. Bahasa Marind di Kabupaten Merauke.
8. Bahasa Moi di Kabupaten Sorong.
9. Bahasa Hatam di Kabupaten Manokwari.
“Kami berupaya menghidupkan kembali bahasa daerah kepada generasi muda Orang Asli Papua (OAP) sehingga ada penambahan jumlah penutur bahasa daerah atau tunas bahasa ibu di 9 wilayah ini,” ungkap pria berdarah Kei ini.
Menurutnya, Balai Bahasa Papua konsisten terhadap pelindungan 9 bahasa daerah tersebut hingga sukses, baru kemudian menambah revitalisasi bahasa daerah lain di Papua.
“Setelah puluhan guru utama mengikuti pelatihan ini nantinya akan meneruskan kepada siswa, gereja, remaja masjid, komunitas-komunitas lain. Sasaran kami tidak hanya sekolah formal, namun non formal juga,” tandas Anton Maturbongs. (Hidayatillah)
Komentar