SORONG, – Forum jurnalis perempuan indonesia (FJPI) memberikan edukasi di zoominar bersama para FJPI dari berbagai daerah, Sabtu sore (14/8/21).
Forum ini dimoderatori oleh Berdit Zanzabela FJPI Jawa Timur yang kesehariannya sebagai penyiar TVRI Jawa Timur menghadirkan keynote speaker Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati dan nara sumber Gustika Jusuf Hatta sebagau aktivis sosial.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, memaparkan jumlah penduduk pada tahun 2020 berjumlah 270 juta lebih jiwa yang mana setengah populasi tersebut adalah perempuan. Hal ini perlu menjaga kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan laki-laki
Dibandingkan masa kemerdekaan, Perempuan pada masa kini menurut Menteri Bintang, sudah semakin berdaya, banyaknya Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi, berkarya, bercita-cita, bahkan menjadi pemimpin.
Akan tetapi dalam fakta dan data menunjukan bahwa perempuan masih mengalami diskriminasi dan bahkan kekerasan. Perempuan belum menerima kesetaraan mendapatkan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat pembangunan dibandingkan dengan laki-laki.
Budaya laki-laki yang harmonis di lingkungan masyarakat merupakan akar masalah dalam ketidaksetaraan ini, karena perempuan sering kali di nomor dua kan terlebih dalam situasi yang sulit sehingga tidak mendapatkan hak nya.
Dengan demikian pandemi COVID 19 pun semakin memperburuk ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan terutama bagi mereka yang memiliki kerentanan ganda seperti tinggal dalam keluarga yang pra sejahtera, menjadi kepala keluarga, memiliki disabilitas, ataupun merupakan penyintas kekerasan.
Oleh karena itu pemberdayaan dalam masa-masa sulit ini menjadi lebih penting lagi, agar kita membuka mata dan menutup lubang kesengsaraan yang masih ada namun juga berfikir dua tiga langkah lebih maju dan memastikan perempuan indonesia tidak tertinggi di masa depan.
“PR kita hari ini tidak hanya untuk menutup lubang kesetaraan yang masih ada. Namun, juga berpikir dua, tiga langkah lebih maju dan memastikan perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan,” harap Menteri PPPA.
Sementara itu Gustika Jusuf Hatta mengatakan bahwa setiap orang akan menilai kemerdekaannya masing-masing tergantung dimana Ia bernaung.
“Misalnya Ibu Rumah Tangga apakah Ia sudah merdeka? Jurnalis perempuan, Tentara Wanita, semua memiliki pemahaman mengenai kemerdekaan yang berbeda. Misalnya perempuan pembela HAM rentan terhadap identitas sebagai aktivis dan juga rawan pada gendernya,” tutur Cucu Proklamator bangsa ini.
Seringkali perempuan dibilang sudah ada akses ketenagakerjaan namun UNESCO mengatakan tiga perempat perempuan mengalami kekerasan secara seksual dan daring termasuk jurnalis perempuan saat bekerja.
Ia berharap bukan hanya soal kuantitas keterlibatan perempuan dalam akses kesetaraan gender namun lebih kepada jiwa kepemimpinan dan keberpihakan perempuan itu sendiri dalam memperjuangkan hak perempuan.
“Tentunya untuk itu harus ada kebijakan-kebijakan yang melindungi mereka,” imbuh Gustika.
Sebelumnya ketua umum FJPI, Uni Lubis mengatakan bahwa FJPI mengangkat tema Sudahkan Perempuan Indonesia berdaya di Kemerdekaan RI ke ke 76, karena beberapa pertimbangan diantaranya masih adanya ketimpangan gender dalam kehidupan sosial masyarakat saat ini. Termasuk perjuangan pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang mentok.
Uni mencontohkan penerima nobel perempuan termuda Malala Yousafzai yang terus menyuarakan pendidikan bagi perempuan di Pakistan dan menantang tentara Taliban hingga nyaris kehilangan nyawa saat ditembak Taliban namun tak gentar menyuarakan pendidikan bagi Perempuan.
“Saya mengutip quotes dari Malala : Kala semua bumi bungkam, satu suara saja dapat jadi amat kokoh. Kita semua berharap akan lahir Malala lainnya di seluruh dunia yang berani menyuarakan hak Perempuan dalam segala bidang,” ujar Uni Lubis.
Zoominar FJPI tersebut secara kontinyu akan dilakukan selama masa pandemi COVID 19, Selain menambah informasi dan edukasi bagi jurnalis perempuan diseluruh Indonesia juga bagi masyarakat umum. Tentunya dengan nara sumber yang Istimewa dibidang keahlian masing-masing. (Syai)
Komentar