World Cleanup Day : Bumi Tidak Butuh Manusia, Manusia Yang Butuh Bumi

SORONG, – Dalam rangka World Cleanup Day, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat berkolaborasi dengan Conservation International (CI) Indonesia, diikuti pula oleh relawan dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BP DASHL) Remu-Ransiki, Dinas Kebersihan Kota Sorong, serta perwakilan dari delapan komunitas pecinta alam melakukan kegiatan bersih-bersih di TWA Sorong, Kota Sorong, Papua Barat, Sabtu (18/9/21) dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BBKSDA Papua Barat, Budi Mulyanto, mengatakan bahwa Kegiatan bersih-bersih kali ini menyasar sampah-sampah organik, terutama tanaman ilalang yang dinilai mengganggu keseimbangan ekosistem di dalam TWA Sorong, serta sampah anorganik yang keberadaannya dapat dipastikan sebagian besar akibat aktivitas pemanfaatan kawasan, atau terbawa luapan aliran sungai ketika hujan turun dengan deras.

Kawasan TWA Sorong merupakan bagian yang sangat penting di Kota Sorong, sehingga sudah menjadi kewajiban bersama untuk menjaganya. Hutan ini menyediakan udara bersih dan air bersih bagi warga di Kota Sorong, serta berfungsi sebagai healing forest (hutan yang menyehatkan) yang sangat bermanfaat di tengah pandemi COVID-19.

“Mari kita jaga TWA Sorong ini sebaik-baiknya,” ajaknya.

Usai pembukaan, sebanyak 67 relawan yang telah dibekali dengan alat-alat untuk memungut sampah diarahkan oleh petugas dari BBKSDA Papua Barat dan disebar menjadi dua fokus wilayah kerja, yaitu jalan masuk TWA Sorong dan sekitarnya, dan sekitar areal perkemahan. Kegiatan bersih-bersih ini sendiri berlangsung mulai pukul 08.00 WIT hingga pukul 13.00 WIT.

Salah satu relawan asal komunitas Kelompok Pecinta Alam (KPA) Tambrauw, Hartito Kanigoro, mengungkapkan bahwa kegiatan bersih-bersih di TWA Sorong ini bukan pertama kalinya diikuti.

“Dari beberapa kali melakukan kegiatan serupa di TWA Sorong, rata-rata sebagian besar itu sampah plastik dan botol-botol minuman keras. Bumi itu tidak butuh manusia, manusialah yang butuh Bumi. Jadi setiap pengunjung harus membawa sampahnya pulang, karena hutan bukan tempat sampah,” tegas Hartito.

Sementara itu, Bird’s Head Seascape (BHS) Tourism & Capacity Building Manager dari CI Indonesia, Meidiarti Kasmidi, mengemukakan bahwa Kegiatan ini merupakan sebuah upaya untuk menata TWA Sorong, yang salah satu isunya mengenai kebersihan, terutama sampah anorganik. Ia berharap kedepannya TWA Sorong dapat berkembang berdasarkan pariwisata berkelanjutan dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya mulai keragaman flora dan fauna, hingga kepada aktivitas seperti panen lebah madu maupun pembibitan tanaman, yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi wisatawan dan masyarakat sekitar.

Kegiatan bersih-bersih kali ini berhasil mengumpulkan sekitar 90 karung sampah berukuran 100cm x 60cm serta 40 karung sampah berukuran 40cm x 50cm, yang sebagian besar berisikan sampah anorganik – termasuk sisa-sisa botol kaca maupun kaleng minuman keras yang ditinggalkan pemanfaat kawasan yang tidak bertanggung jawab.

Untuk diketahui, Taman Wisata Alam (TWA) Sorong memiliki nilai ekologis yang tinggi. Selain proporsi tata letak alamiah vegetasinya yang secara umum dapat dikatakan ‘estetik,’ keberadaan air terjun dan perlintasan empat daerah aliran sungai (Sungai Klawulu, Klasege, Pletok, dan Klabeling) menambah nilai potensi hutan kota ini sebagai salah satu destinasi pariwisata alam bagi para pelancong di Kota Sorong dan sekitarnya.

Sebagai sebuah kawasan alami dengan nilai ekosistem yang tinggi, yang lokasinya relatif mudah diakses oleh pelancong, TWA Sorong menghadapi beragam tantangan yang berpotensi untuk mengganggu keutuhan ekologi yang dimilikinya, baik itu akibat langsung dari aktivitas pemanfaat kawasan yang tidak bertanggung jawab, maupun akibat tidak langsung dari upaya pengelolaan perkotaan yang belum efektif. (Oke)

Komentar