KAIMANA, PAPUA BARAT – Hamparan laut lepas nan biru dengan pulau-pulau karang yang tersusun bagaikan lukisan alam, disambut nyanyian burung, semilir angin nan sepoi, buaian ombak perlahan menampar pasir yang putih, lukisan prasejarah dari zaman nenek moyang di batu cadas, rimbunan tanaman perdu bernama Kayu Timomor dan pohon Gagar Hutan yang menjulang tinggi menjadi pemandangan indah menemani perjalanan menelusuri Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) Teluk Triton yang panjangnya sekitar 1000 meter di Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Korneles Awujani, pria berusia 40 tahun lebih itu sudah menjadi pembawa kapal di Kabupaten Kaimana selama 20 tahun lebih. Sambil mengemudikan kapal yang dibawanya, Ia bercerita mengenai salah satu kampung bernama Lobo yang dijadikan cerita masyarakat sebagai tempat burung Garuda berasal dan kayu Timomor yang dijadikan tongkat Presiden RI Soekarno saat itu.
“Kayu Timomor ini tidak bisa sembarang ditebang, karena parang yang dipakai bisa patah terbelah dua karena kerasnya kayu itu,” terang Korneles.
Sambil terus melaju, Korneles membawa rombongan Wartawan Papua Barat dan Papua Barat Daya, pegawai Bank Indonesia perwakilan Papua Barat serta Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) SINDOnews.com memasuki salah satu kawasan pengamatan gugusan pulau karang. Sayangnya, tempat tersebut yang terkenal dengan seribu tangga sedang direhabilitasi oleh pemerintah setempat. Terlihat dermaga dan tangga kayu sedang dibangun oleh pekerja.
Tak putus asa, Kami pun menelusuri Teluk perlahan sambil menikmati keindahan laut yang biru hingga tiba di Pantai berpasir putih bernama Pantai Ermon dan disambut papan yang sudah mulai pudar bertuliskan, “ko Datang, Ko Lihat, Ko Pulang, Ko Cerita,” menjadi salah satu spot foto wisatawan menelusuri Teluk Triton.
Kemudian teringat lagu ciptaan Franky Sahilatua yang dipopulerkan Edo Kondologit Aku Papua,
Tanah Papua tanah yang kaya
Surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah sebanyak madu
Adalah harta harapanTanah papua tanah leluhur
Disana aku lahir
Bersama angin bersama daun
Aku dibesarkan
Papua adalah surga kecil yang jatuh ke Bumi dan surga yang hilang (The lost paradise) itu ada di Kaimana , Papua Barat. Tak setenar Kabupaten Raja Ampat, Kepulauan yang berada di tenggorokan pulau Papua ini belum banyak diketahui wisatawan, kecuali pesona Hiu Paus yang menjadi wisata unggulan saat ini. Keelokan pesona alam Kabupaten Kaimana dapat dikatakan tak jauh berbeda dengan Raja Ampat. Rangkaian pulau karang, sejarah dan legenda masyarakat, serta potensi wisata bahari yang luar biasa seharusnya dapat optimal lagi dikembangkan.
Hal ini disampaikan Kadir Rumaderun, Ketua Bamuskam Kampung Namatota salah satu spot wisata lainnya di Teluk Triton. Kadir mengatakan bahwa kampung mereka telah dijadikan kampung wisata sejak tahun 2006 dan tahun lalu masuk 300 besar Desa Wisata Indonesia dan menjadi salah satu desa yang diusulkan pertama kali sebelum Desa Arborek Raja Ampat.
“Perhatian Pemerintah Daerah disini masih sangat kurang, Saya rasa perlu keseriusan dari pemerintah daerah dan instansi terkait dalam mengembangkan Kampung Namatota ini menjadi destinasi wisata berkelanjutan,” harap Kadir.
Kampung Namatota yang juga merupakan Kampung kelahiran Mantan Wakil Gubernur Papua Barat, Muhammad Lakotani memiliki sejarah panjang sebagai kampung kerajaan. Disana masih terlihat jelas sejumlah peninggalan sejarah, mulai dari Makam Raja pertama, rumah adat Raja yang saat ini dipimpin oleh Raja keturunan sekian bernama Randi Asnawi Umbair dan sejumlah meriam peninggalan Belanda menambah informasi mengenai peradaban masyarakat setempat sejak dahulu kala hingga saat ini.
Selain itu, Potensi sumber daya alam masyarakat disana, selain nelayan juga sebagai petani Kopra dan pala. Hasil tangkapan Ikan nelayan, kelapa yang dijemur menjadi kopra, bunga dan biji pala yang dijemur kemudian mereka jual ke pasar tradisional di Kabupaten Kaimana yang berjarak tempuh sekitar 60 menit perjalanan laut.
Kabupaten Kaimana Kota Senja yang Indah
Senang sekali saat diundang Bank Indonesia perwakilan Papua Barat berkunjung ke Kabupaten Kaimana, Papua Barat selama 3 hari lamanya sejak Minggu (12/3/23) hingga Rabu (15/3/23). Ini kali pertama Saya menginjakan kaki di Kabupaten Kaimana pun dengan puluhan jurnalis lainnya di wilayah Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Menggunakan pesawat wings air bermuatan 120 penumpang dari bandara DEO Kota Sorong perjalanan menuju Bandara Utarom Kaimana kami tempuh sekitar 55 menit. Iseng mengecek harga tiket ke Kaimana di salah satu aplikasi, tiket Sorong (Soq) – Kaimana (Kng) per orang sekitar Rp.1.765.000 dan hanya melayani satu kali penerbangan perhari dengan satu maskapai yaitu Wings Air.
Setibanya di bandara Utarom Kaimana, bandara dengan ketinggian 6 meter dari permukaan laut, panjang 2000 meter dan lebar 45 meter terlihat masih berbenah memperindah bandara tersebut. Terlihat dua buah meriam diletakan disamping papan nama bandara Utarom dan menjadi spot foto pengunjung saat tiba di Kaimana.
Menempuh perjalanan ketengah Kota, mata Saya dimanjakan dengan tata letak rumah yang tertata rapi dengan pagar seragam disepanjang jalan. Setelah melewati pemukiman rumah warga dan menuju penginapan, mata Saya kembali dimanjakan dengan keindahan pantai yang rapi dan bersih disebelah kanan jalan, sejumlah keluarga terlihat menggelar tikar dan menikmati keindahan pantai bersama keluarga tercinta. Sedangkan di seberang jalannya dipenuhi pemukiman warga dan toko kecil. Menurut supir yang membawa rombongan Saya, Yusuf, pemda setempat melarang aktifitas perdagangan di sepanjang pantai dan hanya dipergunakan untuk aktifitas warga.
Ada sejumlah tugu yang dibangun di setiap pertigaan di Kabupaten ini, misalnya tugu GOR yaitu tugu seorang pria bernomor dada 005 yang berdiri diatas cangkir dan mengangkat obor sebagai pertanda didepannya ada Gelanggang Olah Raga. Ada pula tugu Burung Rajawali sebagai salah satu ikon Kabupaten Kaimana yang menjadi lambang burung Garuda yang disebut-sebut digunakan proklamator RI, Soekarno usai diasingkan di Kaimana.
Ada pula Taman Kota yang dihiasi tulisan Kota Senja Kaimana dan Taman Jokowi Iriana yang selalu ramai didatangi warga karena dilengkapi pula dengan aneka jajanan pedagang kaki lima dan penjual durian yang menjadi ciri khas daerah tersebut.
“Tidak lengkap rasanya kalau berkunjung ke Kaimana tidak mengabadikan diri disini (taman kota),” ujar Wati salah satu pengunjung asal Manokwari.
Menurut Yusuf, tidak semua pengunjung dapat menikmati keindahan senja Kaimana.
“Ada tamu Saya dr Jakarta, sudah tiga kali kesini (Kaimana) tapi belum dapat senja terbaik disini (taman kota),” terang Yusuf.
Benar saja, karena saat Saya dan rombongan kesana, Senja indah Kaimana tertutup awan tebal. Meski demikian, pancaran senja yang mulai menguning terlihat tetap indah oleh pengunjung.
Bank Indonesia Siap Mendukung Pariwisata Kabupaten Kaimana
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, Rommy Tamawiwy mengatakan bahwa ekonomi di Kabupaten Kaimana mengalami kenaikan 1,12% dibandingkan dua tahun sebelumnya dengan lapangan usaha yang memberikan distribusi yaitu dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 29%. Ekspor dan perkembangan kredit di Kaimana pun mulai tumbuh dan membaik sesuai program pemulihan ekonomi nasional.
Ia pun mengatakan bahwa Potensi pariwisata di Kaimana harus didorong melalui penguatan Kerjasama dan koordinasi, terutama antara Pemda dan pihak swasta. Pemda juga harus mendorong potensi investasi melalui terciptanya sarana serta prasarana pendukung investasi.
Selain itu, Digitalisasi di Kaimana harus diakselerasi untuk memastikan kelancaran sistem pembayaran serta potensi pengendalian inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Digitalisasi juga dapat didorong melalui peningkatan promosi pariwisata melalui kanal digital seperti website dan media sosial, menjalin kerja sama antara pemerintah dan pelaku usaha pariwisata dengan influencer pariwisata serta meningkatkan kampanye Kaimana sebagai “Raja Ampat Baru Papua Barat” sehingga dapat menjadi destinasi prioritas baru.
Pemda bersama dengan Forkopimda harus menjamin keamanan dan meminimalisir risiko untuk mendorong potensi investasi serta pariwisata. UMKM di Kaimana harus diberdayakan dalam program ekonomi, untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif bagi seluruh masyarakat Kabupaten Kaimana.
“Pengembangan Pariwisata di Kaimana hendaknya bersifat jangka panjang dengan mengedepankan 3A yaitu Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas yang berwawasan lingkungan serta pelestarian terhadap hal yang terkait dengan masyarakat, budaya dan lingkungan, kearifan lokal, agar berdampak pada penambahan nilai ekonomi,” ujar Tommy. (oke)
Komentar