RAJA AMPAT, PBD – Sejak Januari lalu, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat bersama Konservasi Indonesia (KI) dan Indonesia Ecotourism Network (Indecon) telah menyusun kajian rencana spasial pariwisata berkelanjutan Raja Ampat.
Kajian ini bertujuan mengidentifikasi kondisi keruangan pariwisata saat ini serta mencari solusi untuk mengurangi tekanan dari pariwisata terhadap sumber daya alam hayati di Raja Ampat terutama terhadap terumbu karang yang menjadi daya tarik utama kawasan ini serta untuk peningakatan ekonomi masyarakat lokal. Kajian dilangsungkan sebagai bagian dari kegiatan Program Terumbu Karang Sehat Indonesia (TeKSI) yang didanai oleh Global Fund for Coral Reefs — fasilitas pendanaan campuran berskala global untuk terumbu karang.
Mengingat kewenangan ruang laut perairan Raja Ampat berada pada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat Daya, dan dalam upaya untuk menyelaraskan substansi dari kajian, maka Pemerintah Kabupaten Raja Ampat bersama KI menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Konsultasi Multipihak Kajian Rencana Spasial & Sosialisasi Sistem Informasi Pariwisata (Sipari) Raja Ampat” pada hari ini, Kamis, (31/8/2023).
Dalam sambutannya Wakil Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, S.IP., MM., M.Ec.Dev., mewakili Bupati Raja Ampat berpesan, keindahan bawah laut dan kekayaan hayati di wilayah ini adalah harta tak ternilai. Namun, dengan keindahan tersebut juga datang tanggung jawab besar untuk menjaga lingkungan dan budaya. Forum ini adalah wadah untuk memastikan bahwa pertumbuhan sektor pariwisata akan dilakukan dengan cara yang meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
Mengenai kolaborasi dalam pengelolaan pariwisata, Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Barat Daya, Absalom Solossa, S.Pi., MM., mengatakan pada prinsipnya kami mendukung apa yang telah diinisiasi oleh Pemkab Raja Ampat bersama-sama Konservasi Indonesia dan mitra lainnya melalui rencana spasial pariwisata berkelanjutan. Kelimpahan sumber daya alam hayati di Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat dengan luasan lebih dari 1,6 juta hektar tentunya perlu ditata bersama-sama dengan baik.
Kegiatan satu-hari ini juga mengetengahkan sesi sosialisasi dari Dinas Pariwisata Raja Ampat mengenai rencana Pemkab untuk mengembangkan Sistem Informasi Pariwisata (Sipari) Raja Ampat. “Sipari adalah sebuah website yang akan menyediakan beragam informasi seperti registrasi wisatawan, hal-hal terkait akomodasi, transportasi, informasi kuliner, budaya, dan informasi penting lainnya.” ungkap Ellen Risamasu, ST., MT., selaku Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat.
Dalam sesi presentasi, Wita Simatupang dari Indecon sebagai penulis utama dalam kajian spatial plan ini berkata, “kekayaan alam di Raja Ampat sangat melimpah dan kelimpahan tersebut membawa banyak tantangan. Hingga bulan Juni 2023 saja setidak-tidaknya sudah sekitar 16.000 wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat. Namun demikian, terdapat banyak pekerjaan rumah terkait pengelolaan pariwisata.”
Usai presentasi, tim penyusun kajian rencana spasial pariwisata berkelanjutan Raja Ampat menyelenggarakan jajak pendapat yang melibatkan semua partisipan yang hadir secara langsung maupun daring mengenai beragam isu pariwisata yang ditemukan selama penyusunan kajian. Secara umum hampir seluruh partisipan menyetujui isu-isu pariwisata yang dikemukakan.
Direktur Strategi Konservasi Papua Konservasi Indonesia, Meity Mongdong secara terpisah menegaskan, “tujuan kajian ini adalah untuk mengatur pemanfaatan pariwisata atas ruang yang ada di Raja Ampat. Kami melihat mulai ada persoalan dari sisi ekologi, manfaat bagi masyarakat lokal, dan sehatnya bisnis di Raja Ampat.”
Meity menjelaskan lebih lanjut, “ada kawasan yang sangat banyak pengunjung dan aktivitas wisata, yang lalu memengaruhi kualitas ekologi di situ. Dari segi manfaat, pariwisata di Raja Ampat baru dirasakan di wilayah-wilayah yang tinggi tingkat pemanfaatan pariwisatanya. Dengan mendorong rekomendasi (melalui kajian ini) harapannya dapat memeratakan manfaat pariwisata bagi masyarakat lokal, praktik bisnis yang lebih sehat, dan mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam hayati.”
Sebelum kegiatan rampung, sebanyak 44 perwakilan yang berasal dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Raja Ampat dan Pemprov Papua Barat Daya, unit pelaksana teknis dari kementerian-kementerian yang bekerja di Raja Ampat, lalu diikuti oleh kepala distrik dan kampung yang hadir, operator homestay, pengelola kawasan wisata, serta perwakilan industri wisata menandatangani berita acara kesepakatan mengenai hasil kajian rencana spasial pariwisata berkelanjutan Raja Ampat. (*)
Komentar