Puluhan Peserta Tampil Memukau Bacakan Karya Sastra Pada Pesta Kata – Kata

SORONG, PBD – Puluhan Orang berkumpul di suatu tempat guna merayakan pesta kata-kata yang dirangkai apik dalam karya sastra baik dalam puisi, cerita pendek bahkan senandung di salah satu tempat nongkrong ternama Kota Sorong, Papua Barat Daya, Jumat malam (17/11/23).

Satu persatu penampil membacakan karya sastra dan dinikmati oleh penikmat sastra, ditemani secangkir kopi dan makanan ringan hingga tak ada yang beranjak, meski waktu telah larut. Melupakan sejenak rutinitas dan kepenatan, semua terlihat satu frekuensi tertuju pada pesta tersebut.

Koordinator Pesta Kata-Kata, Armita kepada media mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun ketertarikan anak muda khususnya di Sorong, Papua Barat Daya untuk lebih mengenal mengenai karya sastra. Kegiatan ini juga menurut Mita, guna meningkatkan dan menumbuhkan ketertarikan masyarakat terhadap karya sastra.

“Kami berharap dengan kegiatan ini dapat meningkatkan ketertarikan karya sastra di kalangan anak muda agar bisa terwujud dan lebih lagi meningkatkan motivasi teman-teman untuk membuat karya sastra. Karena banyak sekali anak-anak muda punya puisi-puisi punya karya sastra tapi tidak tahu mau dikemanakan karya-karya tersebut,” ujar Mita.

Ia pun menambahkan dukungan pemerintah dalam kegiatan literasi pun cukup tinggi, terbukti bahwa kegiatan rangkaian workshop dan pesta kata yang menghadirkan sejumlah tokoh inspiratif seperti Opa Rudi Fofid dan sejumlah tokoh lainnya, merupakan bantuan pemerintah bidang kebahasaan dan kesastraan penguatan komunitas, kantor pusat pengembangan dan perlindungan bahasa dan sastra Kemendikbudristek.

Ia menambahkan bahwa kegiatan ini akan menjadi awal dan berkesinambungan dalam mengumpulkan pecinta sastra.

Pemimpin Redaksi Sorongnews.com, Olha Irianti Mulalinda menjadi salah satu peserta dalam pesta kata-kata tersebut. Ia membacakan Puisi Karya Taufik Ismail berjudul Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu yang diciptakan pada tahun 1989. Ia beralasan mengambil puisi tersebut karena bertepatan dengan momentum perang antara Israel dengan Palestina yang tak kunjung berakhir.

“Puisi ini diciptakan 34 tahun silam dan sampai saat ini masih terjadi perang disana, tidak bisa membayangkan bagaimana masyarakat disana bertahan hidup tiap detiknya. Palestina ini bukan soal agama atau keyakinan, tapi soal kemanusiaan. Apapun alasannya, membantai, membom manusia, membunuh manusia tidak dibenarkan dalam ajaran agama manapun. Mari kita larut sejenak dalam rangkaian kata nan indah puisi ternama Taufik Ismail,” ujar Olha.

Ia pun berharap kegiatan serupa dilakukan rutin, minimal sebulan sekali sebagai wadah penyalur bakat-bakat terpendam pecinta karya sastra untuk dapat mengeksplorasi diri dan menikmati rangkaian kata indah dalam pesta berkata-kata. (Mewa)

___ ___ ___ ___

Komentar