SORONG, PBD – Setiap tanggal 3 Desember dunia memperingati hari disabilitas internasional. Hari ini merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dan untuk mendorong tindakan yang lebih inklusif di seluruh masyarakat. Tema yang diangkat setiap tahunnya berfokus pada berbagai aspek kehidupan penyandang disabilitas termasuk hak asasi manusia aksesibilitas dan pemberdayaan.
Sementara hari noken sedunia yang diperingati setiap tanggal 4 Desember adalah momen penting untuk menghargai dan merayakan budaya non peringatan harian lokal sedunia diinisiasi oleh UNESCO pada tahun 2012, ketika noken diakui sebagai warisan budaya tak benda manusia pengakuan ini bukan hanya menyoroti keterampilan kerajinan tangan yang diperlukan untuk membuat noken tetapi juga melambangkan ikatan sosial dan budaya masyarakat Papua.
Ketua panitia kegiatan hari disabilitas dan noken di Papua Barat Daya, Markus Wafom mengatakan peringatan hari noken yang rutin dilakukan oleh sejumlah komunitas di tahun ini sedikit berbeda karena melibatkan komunitas disabilitas. Adapun berbagai agenda yang dipersiapkan diantaranya diskusi dan sosialisasi, pameran foto, pameran, kuliner dan pentas seni akustik yang akan dipusatkan kegiatannya di halaman sekretariat dan cafe belantara Papua sejak pukul 10.00 hingga pukul 22.00 WIT.
“Mengawali seluruh rangkaian maka, hari Selasa (3/12) kami akan melakukan pawai dengan teman-teman disabilitas dari taman DEO Kota Sorong menuju kantor Gubernur Papua Barat Daya di tanggal 3 jam 3 sore,” ungkap Markus.
Ditambahkan oleh Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Papua Barat Daya, Pariyem mengatakan akan melibatkan sekitar 30 UMKM dari komunitas disabilitas. Dimana menurutnya, komunitas disabilitas yang ada di Papua Barat Daya sangat antusias mengikuti dan merayakan hari disabilitas internasional.
“Kami sangat antusias untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, termasuk pawai, tapi karena akses yang tidak mendukung bagi difabel tuna netra atau yang menggunakan kursi roda, maka hanya beberapa saja yang akan terlibat dalam pawai,” ujar Pariyem.
Ia berharap dengan bersatunya komunitas disabilitas dan noken, terjadi edukasi bagi masyarakat mengenai disabilitas, membantu mengurangi stigma bahwa disabilitas merepotkan serta dapat membangun empati masyarakat kepada penyandang difabel.
Ketua JKLPK Region Papua Barat Daya sekaligus ketua Pusat Studi Pengkajian Perempuan dan Pemberdayaan Ekonomi kerakyatan Papua Barat Daya, Johana Kamesrar mengapresiasi kolaborasi antara komunitas disabilitas dan komunitas noken. Ia mengatakan bahwa Noken adalah kandungan Ibu, dimana Noken ini sudah ada perdanya tapi belum ada peraturan wali Kota Sorong atau peraturan gubernur yang mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) menggunakan noken saat beraktifitas.
“Kami berharap dengan kegiatan yang terlihat kecil itu, menggugah Bapak Wali Kota yang saat ini atau nanti dipesan kepada Wali Kota yang baru agar segera ada Perwalinya,” harap Johana.
Ketua Yayasan Jaya Karisma Papua (Jakapa), Nova Sroer sekaligus penoken mengatakan bahwa rutinitas tahunan yang dilakukan dalam peringatan hari noken kali ini cukup berbeda karena melibatkan disabilitas. Ia berharap dengan kegiatan rutinitas ini, pemerintah wajib mengambil peran dalam menyiapkan fasilitas pendukung disabilitas di tempat-tempat pelayanan publik dan fasilitas umum.
“Pemerintah berkewajiban untuk menyediakan fasilitas umum yang mudah diakses penyandang disabilitas, memberikan pelatihan guna meningkatkan keterampilan mereka dan tentunya perlindungan hukum bagi hak-hak disabilitas,” pesan Nova.
Dalam kegiatan yang digelar selama dua hari ini, melibatkan sekitar 20 komunitas berbeda yang peduli terhadap disabilitas dan noken. (oke)
Komentar