Sama halnya dengan beberapa daerah lainnya di wilayah Papua Barat, keberadaan JAI di Fak-Fak juga diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Sri Ayu Laaji, salah satu Jemaat perempuan JAI Fak-Fak mengatakan bahwa ia mengenal Ahmadiyah sejak tahun 2013 saat membantu Mubaligh JAI Fak-Fak mencarikan rumah. Ia kemudian membaiatkan diri pada tahun 2014.
“Saya memberanikan diri untuk membaitkan menjadi bagian dari Ahmadiyah karena semua ajarannya masuk ke logika Saya, seharusnya Islam seperti begitu. Itu juga karunia karena Saya selalu meminta doa ke Allah agar dikasih petunjuk jalan yang benar. Karena, selama ini ada yang kurang, ibadah hanya sebatas rutinitas, ada yang kosong. Setelah mengenal Ahmadiyah, Saya tertarik, benar-benar beda, apa yang ada kurang menjadi lengkap. Islam tuh seharusnya kaya begini, rahtaman lilalamin tuh kaya begini. Di Ahmadiyah tuh terasa persaudaraannya. Kemanapun Saya pergi Saya tidak khawatir karena persaudaraanya kuat sekali,” kisahnya dibalik telepon saat dihubungi, Rabu (16/09/20).
Ia pun mengatakan bahwa saat menjadi JAI ada pertentangan pada awalnya, karena keluarga dan teman tidak tahu apa itu Ahmadiyah. Setelah Ia menjelaskan mengenai ajaran Ahmadiyah, perlahan semua mulai menerima dan menghormati keputusannya.
“Malah Mama Saya bilang ada perubahan baik dalam hidup Saya, teman-teman Saya juga menilai demikian,”imbuhnya.
Saat ini di Fak-Fak, berkat salah satu pemberian wakaf tanah salah satu anggota JAI, mereka mulai perlahan membuat rumah misi. Dimana rumah ini menjadi salah satu tempat berkumpul dan beribadah anggota JAI disana.
Saat ditanya terkait apakah di KTPnya masih berstatus Islam, Ia mengatakan bahwa Ahmadiyah juga Islam. Peribadatan mereka sama dengan halnya orang Islam hanya yang membedakan adalah Imam mereka.
“Solat kami biasa juga, puasa dan sholat Ied juga sama. Hanya kalau di Ahmadiyah tidak bisa solat bersama-sama karena Kami tidak bisa berimam kepada selain jemaat,” ujarnya.
Komentar