Menelusuri Perkembangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Papua Barat

Sementara itu Mubaligh Lokal JAI Kabupaten Kaimana, Hamid Sirfefa dalam keterangannya via saluran telepon, Rabu (16/9/20) mengaku telah membaiatkan diri menjadi Jemaat Ahmadiyah sejak tahun 2000 saat merantau di Jayapura Papua. Ia mengaku tertarik dengan ajaran Ahmadiyah karena adanya sosok pemimpin yang meneruskan cita-cita Nabi Muhammad.

Pertentangan dari orang-orang terkait ajaran yang diyakininya juga diterima oleh Hamid. Namun tidak menyurutkan niatnya untuk terus menyampaikan satu ayat Al Quran kepada masyarakat. Apalagi memperoleh dukungan dari pihak keluarga besar, membuat Hamid memperoleh simpati warga. Tercatat hingga saat ini, ada sekitar 70 orang yang menjadi Jemaat Ahmadiyah di Kaimana.

Sebagai seorang Mubaligh dan guru mengaji, Hamid terus berupaya menyiarkan ajaran yang dianutnya meski mendapat pertentangan dari banyak pihak. Sejumlah santri dan keluarga santri yang diajarkan olehnya juga tidak keberatan diajarkan olehnya, karena yang diajarkan adalah ajaran Islam yaitu baca tulis Al Quran.

“Kalau keluarga, masyarakat dan lingkungan tidak ada yang menolak. Hanya kelompok tertentu saja yang menolak keberadaan kami. Saya mewakili jemaat Ahmadiyah di Kaimana berharap negara hadir bagi Jemaat Ahmadiyah. Karena Negara menjamin kebebasan beragama,” harap Hamid.

Komentar