Menelusuri Perkembangan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Papua Barat

Rakeeman yang baru menetap di Manokwari pada awal Agustus 2020, sebelumnya menjadi Mubaligh JAI di wilayah Maluku selama 2 tahun dan berpengalaman disejumlah tempat lainnya di Indonesia. Direktur Pusat Kajian Manuskrip Islam dan Filologi, Peminat bahasa-bahasa kuno nusantara dan dunia dan peminat sejarah atau arkeologi perkembangan Islam dan Kristen di Maluku dan Papua-Papua Barat, mengatakan sejak berada di Papua Barat, belum menemukan pertentangan dari kelompok agama lainnya.

Selain kegiatan keagamaan, JAI juga dikenal dengan sejumlah kegiatan sosial kemasyarakatan seperti turun ke jalanan membersihkan sampah, donor darah hingga aksi donor organ tubuh berupa mata.

Saat ini tercatat JAI di Papua Barat telah ada di wilayah Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Fak-Fak, Kaimana dan Teluk Bintuni. Sedangkan di daerah lainnya, menurut Rakeeman ada anggota yang tersiar dengan 1 KK dan dipastikan akan terus bertambah.

Sementara itu, Mubaligh Lokal JAI Kota Sorong, Basyiruddin Aziz saat ditemui dikediamannya di Kilometer 10 Kota Sorong, menuturkan serupa dengan Rakeeman. Ia yang baru menetap di Kota Sorong sejak tahun 2016 menggantikan Mubaligh sebelumnya yang telah pindah ke Merauke. Ia menuturkan bahwa  tidak merasakan kendala dalam melakukan ibadah. Profesinya sebagai guru mengaji pun tidak mendapatkan penolakan dari warga sekitar yang mempercayakan anak-anaknya untuk diajarkan mengaji olehnya.

“Tetap mengajarkan Islam, karena ajaran Ahmadiyah itu tidak ada. Tidak ada dakwah Ahmadiyah, karena hanya meneruskan visi misi Nabi Muhammad dan Islam yaitu ajaran Islam yang sesungguhnya yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, tidak membenci orang lain, merangkul semua orang, tidak ada kebencian, rahmatan lil alamin, sesungguhnya dalam perbedaan itu adalah rahmat. Seperti moto kami yaitu Love for all, Hatred for none Jadi tidak ada masalah bagi warga sekitar,” ujar Aziz.

Komentar