LSF RI Gelar Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Papua Barat Daya, Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia

SORONG, PBD – Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI) menggelar sosialisasi gerakan Nasional budaya sensor mandiri di Provinsi Papua Barat Daya, bertempat di salah satu hotel di Kota Sorong, Selasa (15/10/24)

Berdasarkan informasi yang dihimpun Sorongnews.com, sosialisasi gerakan Nasional budaya sensor mandiri di Provinsi Papua Barat Daya itu bertajuk tema ‘Memajukan Budaya Menonton Sesuai Usia’.

Sosialisasi itu dibuka oleh Kepala Dinas Kominfo Provinsi Papua Barat Daya, Irma Riyani Soelaiman mewakili Pj Gubernur Papua Barat Daya Muhammad Musa’ad.

Kepala Dinas Kominfo Provinsi Papua Barat Daya, Irma Riyani Soelaiman mengatakan bahwa, saat ini kita berada ditengah perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Diakuinya, dengan kemudahan akses terhadap berbagai jenis tontonan, baik yang bersifat positif maupun negatif, tantangan kita semakin besar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk membekali masyarakat, terutama generasi muda dengan literasi media yang memadai.

“Gerakan Nasional budaya sensor mandiri ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara memilih tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia melalui gerakan ini, kita ingin memastikan bahwa setiap individu, terutama anak-anak, dapat terlindungi dari konten yang tidak sesuai dan berpotensi merugikan,” ujar Kepala Dinas Kominfo Provinsi Papua Barat Daya, Irma Riyani Soelaiman.

Lebih lanjut, diterangkannya bahwa, Lembaga Sensor Film memiliki peran yang krusial dalam menjaga kualitas tontonan yang beredar di masyarakat, ditengah perkembangan teknologi dan berbagai media.

“Tantangan dalam menyampaikan konten yang sesuai dengan nilai-nilai budaya kita semakin kompleks. Oleh karena itu, sosialisasi ini sangat penting untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penyensoran film,” terangnya.

Dirinya mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama berperan aktif dalam melaksanakan gerakan ini. Menurutnya, dengan saling berbagi informasi dan pengetahuan, semua pihak dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi penerus kita.

“Mari kita dukung gerakan ini dengan segenap hati dan tindakan nyata, agar Papua Barat Daya dapat menjadi daerah yang maju dan berbudaya, dimana setiap masyarakatnya dapat menikmati tontonan yang mendidik dan bermanfaat,” ajaknya.

Sementara itu, Ketua Komisi II Lembaga Sensor Film RI, Ervan Ismail menuturkan bahwa, sosialisasi gerakan Nasional budaya sensor mandiri di Provinsi Papua Barat Daya ini sebagai salah satu bagian dari tugas pokok dan fungsi Lembaga Sensor Film.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi Lembaga Sensor Film, dimana kami selain melakukan sensor terhadap tayangan film yang ada di bioskop, di televisi, di jaringan Informatika, juga memiliki kewajiban membantu masyarakat bisa menonton sesuai dengan klasifikasi usia,” tutur Ketua Komisi II Lembaga Sensor Film RI, Ervan Ismail.

Dipaparkannya bahwa, sosialisasi ini penting lantaran saat ini banyak beredarnya tayangan baik berupa film maupun konten yang dapat dinikmati dari berbagai platform media.

“Ini penting karena sekarang tayangan-tayangan berupa film maupun konten bisa dinikmati dari seluruh media, tidak hanya di Bioskop, namun saat ini menjadi salah satu fenomena yang luar biasa di kalangan anak muda adalah tayangan yang ada di media sosial,” paparnya.

“Tentunya ini menjadi tantangan kami, karena dalam satu hari menurut data Kominfo, ada sekitar 47 juta konten yang diunggah dalam medis sosial, ini menjadi bagian dari tsunami informasi yang menjadi tantangan sekaligus peluang bagi seluruh masyarakat, dimana kita sadar bahwa film itu memiliki dampak positif dan negatif,” lanjutnya.

Ditambahkan bahwa, dalam tayangan film bisa berdampak positif dan negatif, sehingga hal tersebut harus disaring secara baik demi kebaikan bersama.

“Film merupakan bagian dari produk budaya membawa pesan-pesan yang bisa membawa kebaikan dan juga bisa membawa pesan-pesan berdampak negatif, sehingga harus betul-betul menyaring itu,” tandasnya.

Berdasarkan pantauan Sorongnews.com, dalam pelaksanaan Sosialisasi tersebut, dilaksanakan pula diskusi terkait dasar, penjelasan dan pentingnya budaya sensor mandiri serta tantangan dan peluang perkembangan film dan budaya terkini oleh narasumber Ketua Sub Komisi Pemantauan Lembaga Sensor Film RI Erlan Basri sekaligus sesi tanya jawab dan kuis. Tak hanya itu, dalam diskusi itu menghadirkan narasumber lainnya yakni dari Komunitas Papuan Voices, Samuel Moifilit memaparkan materinya terkait tantangan membuat film.

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut diantaranya Kepala Dinas Kominfo Provinsi Papua Barat Daya Irma Riyani Soelaiman, OPD di lingkup Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, OPD di lingkup Pemerintah Kota Sorong, Ketua Komisi II Lembaga Sensor Film RI Ervan Ismail, Ketua Sub Komisi Pemantauan Lembaga Sensor Film RI Erlan Basri, Ketua Sub Komisi Data Informasi Lembaga Sensor Film RI Dewi Rahmarini, Perwakilan Perguruan Tinggi (Mahasiswa), Tenaga Pendidik berbagai tingkatan (SD, SMP, SMA), Komunitas Film, Organisasi Keperempuanan (PKK), Perwakilan Konten Kreator, Perwakilan Jurnalis Media Massa, baik TV, Radio, dan media online serta Perwakilan Tokoh Masyarakat. (Jharu)

Komentar