Kuliah Umum Unmus: Dinamika Geopolitik Asia Timur Terhadap Indonesia Melalui Papua

MERAUKE – Universitas Musamus (Unmus) bersama forum silaturahim Boemipoetra Nusantara menggelar kuliah umum tentang spin over dinamika geopolitik Asia Timur terhadap Indonesia melalui Papua yang berlangsung di aula PKM Unmus, Merauke, Papua Selatan, Jum’at (3/2/23) sore.

Berdasarkan pantauan Sorongnews.com, kegiatan ini menghadirkan narasumber yakni Profesor Sobar Sutisna.

____ ____ ____ ____

Dalam sambutannya, Rektor Unmus, Beatus Tambaip menghaturkan terima kasih atas kehadiran Profesor Sobar Sutisna yang memberikan kuliah umum tentang spin over dinamika geopolitik Asia Timur terhadap Indonesia melalui Papua kepada para dosen Unmus, TNI-Polri, mahasiswa dan organisasi kepemudaan (OKP) di Bumi Anim Ha.

“Topik yang diberikan ini menurut saya sangat menarik. Terlebih kita di Papua sekarang sedang euforia dengan Otonomi Khusus (Otsus) dan pemekaran (Daerah Otonomi Baru, red),” tutur Rektor Unmus, Beatus Tambaip, putra Papua asal Kabupaten Boven Digoel ini.

Rektor menjelaskan, pemahaman secara akademik tentang geopolitk Asia Timur terhadap Indonesia sangat diperlukan bagi seluruh elemen di Papua agar tidak hanya mengikuti trend skala lokal.

“Apalagi untuk mahasiswa perlu mendapatkan wawasan pengetahuan secara makro/global, regional maupun nasional supaya tidak hanya berkutat ditingkat lokal saja. Saya merasa kuliah umum sangat penting,” tegasnya.

Kemudian, ditandaskannya bahwa dirinya belajar terkait geopolitik.

“Secara pribadi, saya juga belajar terkait geopolitik,” tandas Beatus Tambaip.

Sementara itu, Profesor Sobar Sutisna mengemukakan bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia yang harus diperhatikan dalam berbagai aspek.

“Kita harus berfikir apa yang harus kita kembangkan sehingga dampak dari kalau ini gagal lalu solusinya apa. Kita punya wilayah yang cukup luas dengan memperhatikan eskalasi militer, keamanan, ekonomi, pertahanan dan sebagainya,” lugas pria kelahiran Ciamis 14 November 1951 yang telah menelusuri sepanjang 780 kilometer muara perbatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini (RI-PNG).

Menurutnya, berbagai aspek tersebut terlihat sederhana namun misinya luar biasa besar dan menentukan. Ketika spin over untuk kepentingan ekonomi di Papua digenjot maka dinilainya dapat memperkuat kesejahteraan rakyat.

Misalnya, membangun sebuah industri perikanan yang besar di Papua sebagai sumber ikan dan memiliki perairan cukup luas.

Namun, yang terjadi selama ini justru hasil tangkapan terbesar dari Papua dibawa ke utara karena lemahnya pengolahan dan penyimpanan produk.

“Untuk itu, kalau bisa harus diputar untuk kepentingan masyarakat Papua,” harapnya.

Selain itu, disambungnya, permasalahan yang menjadi tantangan bagi rakyat di Papua adalah terkait ketahanan negara.

“Pembangunan ketahanan akan sangat dibutuhkan kapasitas atau infrastruktur untuk bisa mengamankan teritorial didaerah ini termasuk hak-hak kedaulatan,” ujar Profesor Sobar Sutisna.

Guru besar Fakultas Keamanan Nasional ini berpesan kepada dosen Unmus untuk memberikan saran masukan kepada pemerintah setempat dalam mendorong berbagai aspek pembangunan di Papua sebagai wilayah NKRI.

“Saya kira juga perlu kedepan dilakukan kajian strategis dikawasan timur Indonesia khususnya Papua untuk bisa dikembangkan. Mudah-mudahan arah yang positif ini mendorong pengembangan pembangunan Indonesia secara komprehensif dan merata,” tandasnya. (Hidayatillah/Jharu)

Komentar