Jurnalis Papua Barat dan PBD Ikuti Perjalanan Lintas Ruang Bersama Bank Indonesia

JAKARTA,  — Aktifitas cetak uang di gedung Peruri, Karawang, menjadi pengalaman pertama bagi belasan jurnalis asal Tanah Papua. Di balik kaca tebal, mereka menyaksikan bagaimana selembar uang yang biasa mereka genggam lahir dari tinta, kertas, dan presisi tinggi.

Kegiatan itu merupakan bagian dari pelatihan peningkatan kapasitas jurnalis yang digelar oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Papua Barat Daya, bekerja sama dengan Departemen Komunikasi Bank Indonesia.

Selama 5 hari, sejak 6 hingga 10 Oktober 2025, sebanyak 12 jurnalis dari Papua Barat dan Papua Barat Daya diajak mengikuti perjalanan belajar lintas pengetahuan mulai dari ruang redaksi, museum, hingga pabrik uang.

Pelatihan ini bukan sekadar duduk di ruang kelas. Di hari pertama, para peserta mendengarkan pemaparan Redaktur Kompas.com, Amir Sodikin, yang mengupas tuntas peran Artificial Intelligence (AI) dalam dunia jurnalistik. Ia menegaskan bahwa AI hanyalah alat bantu, bukan pengganti nurani jurnalis.

“Karya jurnalistik bukan hanya tentang cepat dan canggih, tapi tentang empati. AI bisa membantu, tapi manusia yang memberi makna,” ujar Amir, disambut anggukan para peserta.

Materi berlanjut bersama Redaktur Ekonomi Tirto.id, Dwi Ayuningtyas, yang membagikan teknik menulis berita ekonomi agar tetap hidup dan menarik bagi pembaca.
Ia menekankan pentingnya akurasi data dan kemampuan jurnalis memahami konteks di balik angka-angka ekonomi.

“Angka pertumbuhan ekonomi tidak akan bermakna jika kita lupa siapa yang terdampak di baliknya. Rilis yanh diterima jangan diterima mentah-mentah, tapi perlu analisis,” ujarnya lembut, sembari menampilkan contoh liputan ekonomi humanis.

Selain di kelas, peserta juga diajak menyusuri jejak sejarah moneter Indonesia di Museum Bank Indonesia, kawasan Kota Tua Batavia. Di sana, mereka melihat langsung dokumentasi masa krisis moneter 1997–1998, ruang berwarna merah yang menggambarkan masa sulit perekonomian nasional, hingga plat uang yang digunakan sejak era kolonial.

Kunjungan berlanjut ke Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Karawang. Para jurnalis berkeliling melihat proses pencetakan uang mulai dari desain, pengamanan, hingga menjadi lembar rupiah baru yang siap diedarkan.

Hari terakhir pelatihan, mereka diajak mengunjungi Festival Ekonomi Syariah Internasional (ISEF) di Jakarta Convention Center. Di sana, mereka melihat ragam produk UMKM binaan Bank Indonesia  mulai dari kuliner, feshion syariah, hingga Batik Kasuari dan kopi Anggi dari Manokwari yang menjadi kebanggaan Papua Barat.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat, Arif Rahadian, mengatakan pelatihan ini menjadi sarana untuk memperkuat kemampuan jurnalis lokal agar mampu menyampaikan informasi ekonomi secara utuh dan berimbang.

“Kami ingin jurnalis Papua tidak hanya menulis berita, tapi juga memahami ekosistem ekonomi dan moneter yang mereka ceritakan,” jelasnya.

Sementara Dedy Irianto, Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker, Departemen Komunikasi Bank Indonesia, menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi ruang kolaborasi antara jurnalis dan lembaga moneter untuk memperluas wawasan publik.

“Pelatihan ini adalah bentuk apresiasi kami kepada rekan-rekan media yang berperan besar dalam mengedukasi masyarakat,” ujarnya.

Dipenghujung kegiatan, para jurnalis duduk berdiskusi di aula Bank Indonesia, berbagi cerita, ide, dan mimpi tentang Papua.

Bagi mereka, pengalaman ini bukan hanya menambah ilmu, tetapi juga membuka mata tentang betapa luasnya dunia di balik selembar uang dan sebuah berita. (Oke)

Komentar

News Feed