Jawab Tantangan Global, Tiga Mahasiswi Ini Punya Solusi Atasi Emisi CO 2 Dengan Spirulina

“Kalau menanam Pohon, Kita bisa menunggu dengan waktu yang cukup lama dan lahan yang luas. Sedangkan pengembang biakan Spirulina ini tidak terlalu memakan tempat dan waktu,” ujar Suhria.

 

____ ____ ____ ____

SORONG, – Tiga orang mahasiswi Teknik Kimia dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Sorong (Unimuda) membawa kejutan, sebagai Peserta terakhir kompetisi karya ilmiah yang digelar SKK Migas Papua – Maluku pada Rabu (3/11/21) lalu.

Usai diperkenalkan oleh moderator, ketiga mahasiswi yaitu Lydia Putri Prasetyaningtyas, Lusiana Lumbantoruan dan Suhria Heremba membuat juri dan Peserta yang hadir secara offline di ruang Migas Center, Fakultas Teknologi Perminyakan dan Pertambangan Universitas Papua (UNIPA) maupun yang mengikuti secara virtual terkejut dengan tema karya ilmiah yang dibawakan.

“Selamat siang semua, izinkan kami menyampaikan pemaparan materi karya ilmiah yang akan kami bawakan dengan Judul Pengurangan Emisi CO2 di Industri Migas dengan Spirulina Platensis sebagai Bentuk Dukungan PPM di DAV LNG Tangguh. Karya ilmiah ini memberikan salah satu solusi pencegahan pencemaran udara melalui emisi gas buang CO2 dengan mengubah CO2 sebagai polutan menjadi sesuatu yang bermanfaat melalui tanaman Spirulina Platensis,” terang Lidya mengawali pemaparan karya ilmiahnya.

Lanjut Lydia bahwa emisi Gas buang CO 2 merupakan hasil pembakaran yang berasal dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batubara yang terbuang ke udara.

Emisi sangat berperan dalam pencemaran udara saat ini dan memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan dan juga lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang dan menjadi salah satu faktor terjadinya pemanasan global.
Sedangkan Spirulina Platensis adalah salah satu jenis mikroalga golongan Cyanophyta, atau alga hijau kebiruan yang mengandung nutrisi seperti protein, antioksidan, dan fikosianin yang bermanfaat bagi industri pangan, pakan, farmasi, dan industri lainnya. Spirulina Platensis sendiri diketahui dapat menyerap CO2 yang dihasilkan industri hulu migas.

“Emisi CO2 dari perusahaan migas dapat menunjang pertumbuhan dalam budidaya Spirulina Platensis. Ini yang menjadi keterkaitan Spirulina Platensis dengan industri hulu migas. Adapun alur metode penelitiannya yaitu Bibit Mikroalga sebanyak 2 Liter, urea 0,05 g/l dan senyawa kimia, Emisi CO2 dari Tanggung LNG yang diserap dan sinar matahari akan dimasukan ke dalam reaktor. Dari reaktor kemudian diserap dan menggunakan sinar matahari akan menjadi biomassa Spirulinna, kemudian dikeringkan dan menjadi bubuk Spirulina,” imbuh Lusiana.

Hal ini akan sangat bermanfaat bagi daerah-daerah terpencil yang terkena dampak emisi gas buang CO 2 dari sektor perusahaan migas seperti pada daerah Kabupaten Teluk Bintuni yang memiliki industri LNG Tangguh, maupun daerah lainnya.

Dari sejumlah literasi dan jurnal yang mereka pelajari, menurut Lidya selaku ketua kelompok, CO2 memiliki potensi besar terhadap pertumbuhan Spirulina. Sebagaimana dikutip dalam jurnal Setiawan et.al tahun 2014.
Selain pertumbuhan yang cukup cepat, Suhria menambahkan bahwa pengembang biakan Spirulina lebih banyak keunggulan dibandingkan menanam Pohon.

“Kalau menanam Pohon, Kita bisa menunggu dengan waktu yang cukup lama dan lahan yang luas. Sedangkan pengembang biakan Spirulina ini tidak terlalu memakan tempat dan waktu. Biaya awal yang kami butuhkan juga tidak banyak, sekitar 4.260.000 berupa tabung kaca, plastik UV, Pompa, pH meter, Thermometer, Jaring Plankton, Sampel Spirulina Platensis, Media Alga dan Tabung CO2, ” ujar Suhria.

Dengan tampilan konten melalui slide yang disiapkan dan dipresentasikan secara bergantian itu, ketiga Mahasiswi itu membuat peserta dan Dewan juri takjub dan tidak percaya bahwa materi tersebut sangat sederhana namun bermakna dari hasil pemikiran Mahasiswa. Mulai dari latar belakang, maksud tujuan hingga rencana anggaran biaya karya ilmiah tersebut dipaparkan dengan sistematis.

Benar saja, presentasi mereka kemudian mendapatkan apresiasi dari Senior Manager Keteknikan Geologi dan Geofisika SKK Migas, Muhammad Kusuma, Ia mengaku terkejut dengan ide dan gagasan yang diusung mahasiswa UNIMUDA Sorong ini sejalan dengan program yang sedang dilakukan pemerintah.

“Saya terus terang surprise sama teman-teman. Secara ide saya apresiate, karena di industri migas baru melakukan studi ini. SKK sendiri sudah merasa ini akan menjadi isu yang akan muncul ke depan, jadi kita melakukan riset bersama ITB untuk menanggulangi karbon,” ujar Kusuma.

Ia menambahkan bahwa isu emisi CO2 ini sangat menarik dan menjadi pembahasan global, Karena sangat berdampak pada pemanasan global atau global warming.

Dikutip dari laman CNBC Indonesia, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat beberapa lapangan minyak dan gas (migas) di Indonesia menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang tinggi.
Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman menyebutkan beberapa lapangan yang menghasilkan karbon tertinggi di antaranya adalah:

– Lapangan Kuala Langsa yang dioperasikan Medco E&P menghasilkan emisi CO2 sebesar 81%,
- Blok East Natuna dioperasikan oleh PT Pertamina EP menghasilkan emisi CO2 sebesar 80%,
- Lapangan South Jambi dioperasikan oleh ConocoPhillips South Jambi Ltd menghasilkan CO2 sebesar 60%,
- Lapangan Arung-Nowera oleh Medco E&P menghasilkan CO2 60%,
- Lapangan Singa oleh Medco E&P menghasilkan emisi CO2 38%,
- Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dioperasikan oleh Pertamina EP menghasilkan CO2 sebesar 35%,
- Lapangan Tangguh oleh BP Berau Ltd mencapai 12%,
- dan lainnya dengan persentase yang berbeda-beda.

“Jadi ini adalah contoh dari produksi besar yang datang dari JTB, Berau, dan juga Repsol dan lain-lain. Komposisi CO2 disitu harus bisa di-capture di masa yang akan datang,” paparnya dalam acara “2nd Pre-Event of the IPA Convex 2021,” Rabu (28/07/2021).

Kusuma pun berharap Kedepannya, Gagasan tiga Srikandi Fakultas Sains dan Teknik UNIMUDA ini bisa berkolaborasi dan mencari suport anggaran melalui sejumlah lembaga penelitian.

“Waktu Saya Mahasiswa, Saya juga mengandalkan bantuan dana penelitian dari sejumlah lembaga penelitian seperti LIPI. Kami harap usaha dan gagasan teman-teman ini bisa dilanjutkan dan menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah gas buang CO 2 khususnya bagi industri Migas,” harap Kusuma.

Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan UNIPA, Dr. Endra Gunawan. Sebagai orang nomor satu dalam jajaran Teknik pertambangan dan perminyakan, Ia baru kali pertama mengetahui ada tumbuhan kecil mikro organisme yang dapat menyerap CO 2.

“Sangat menarik sekali tema ini. Saya baru pertama kali mendengar, ada tanaman yang bisa menyerap CO2, dengan sel yang sangat kecil. Karena biasanya menggunakan tanaman peneduh seperti pohon,” ungkap DR. Endra Gunawan.
Ia berharap ketiga Mahasiswi tersebut dapat melanjutkan rencana ilmiah mereka tentunya dengan dukungan semua pihak termasuk kampus mereka dan pihak SKK Migas.

Harapan senada juga disampaikan Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan Wilayah Pamalu, Galih Agusetiawan bahwa mengutip dari buku fenomelak The Millionaire Maindmilik Thomas Stanley, ada 10 faktor menuju kesuksesan pertama, kejujuran. Kedua, hidup teratur. Ketiga, disiplin keras. Keempat, mudah bergaul. Kelima, kerja keras. Keenam, kecintaan pada yang dikerjakan. Ketujuh, kepemimpinan. Kedepalan, kepribadian kompetitif, Kesembilan,kemampuan menjual ide dan Kesepuluh dukungan pendamping.

“Karya ini jangan berhenti pada tataran presentasi. Harus segera direncakan, cari sponsor dan kolabirasi, riset lapangan. Ide ini jangan sampai diambil orang lain,” sebut Galih.

Dihubungi via saluran telepon, Lidya kepada sorongnews.com berharap Ide kecil mereka mendapatkan dukungan dari semua pihak terutama Pemerintah Daerah yang wilayahnya menjadi kawasan industri Migas.

“Kami lagi berupaya untuk mendapatkan dukungan dari LIPI, sebagaimana usulan dari Bapak SKK Migas. Kami berharap ini tidak hanya diatas kertas tapi bisa juga di dalam lab dan kemudian diimplementasikan. Kami juga berharap, Papua Barat bisa menjadi daerah penghasil Spirulina Platensis dan menghasilkan produksi olahan Spirulina dimasa mendatang,” harap Lidya.

Sejumlah Mahasiswa dari Universitas Cendrawasih (Uncen), Universitas Papua (Unipa), Politeknis Fak-Fak dan Universitas Muhammadiyah Sorong (Unimuda) secara daring memaparkan hasil karya ilmiah mereka via aplikasi zoom maupun secara langsung di ruang Migas Center, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan – UNIPA, Manokwari, Papua Barat, Rabu (3/11/21). Mereka bukan mahasiswa kaleng-kaleng yang hanya membahas materi kuliah, namun membahas mengenai masa depan Bumi melalui berbagai upaya mitigasi terhadap bencana dimasa depan. Mulai dari pengembangan eco wisata, hidrokarbon hingga soluasi penanganan emisi Karbondioksida (CO2).

Melalui SKK Migas Wilayah Papua-Maluku (Pamalu) bersama Universitas Papua (UNIPA) menggelar Kompetisi ilmiah bagi Mahasiswa sejak awal Oktober lalu. Mengangkat Tema Future of Oil And Gas in Papua and Maluku, sejumlah Mahasiswa dari perguruan tinggi di wilayah Papua dan Maluku bahkan Sulawesi bertarung guna memeriahkan kompetisi tersebut.
Dari sejumlah peserta yang mendaftar, Kepala Departeman Humas SKK Migas Pamalu, Galih Setiawan mengatakan bahwa dewan juri berhasil mengambil tujuh panelis. Ketujuh Panelis tersebut adalah Anita Rahmawati dan Jasmin Rahmadhan dengan topik strategi pengembangan sumberdaya lokal melalui konsep desa wisata pala berbasis masyarakat mandiri di kampung Neweimkarya provinsi Papua Barat dari politeknik negeri Fakfak. Kemudian dari Uncen, Elizabeth dengan topik analisis parameter fisika-kimia sebagai salah satu penentuan air limbah terhadap hidrokarbon.

Ketiga dari Unipa, Rizal Rumakey dan Abdan Syakur topik penentuan sumber gempa bumi sebagai indikator penilaian seismic Hazard di kabupaten Manokwari Selatan. Keempat dari Unipa Radiah Faizah, Maria Simanjuntak dan Eka Kurnia Sari dengan topik pemanfaatan dan analisis kualitatif data satelit gravitasi bumi sebagai alternatif identifikasi potensi hidrokarbon di provinsi Papua Barat. Kelima Thomas Hamberi, Mariana Napasauw, Olansky Dimara dan Ester Kaiba dari Unipa dengan topik Pengembangan Geopark sebagai salah satu objek wisata di raja Ampat. Panalie keenam dari Unipa Gabriel Katzya Wattimena topik manfaat data spasial untuk mitigasi bencana gerakan tanah atau longsor dan panelis ketujuh dari Unimuda yaitu Lidya Putri prasetyaningtyas, Luciana Lumbantoruan, Suhriah Haremba dengan topik pengurangan emisi CO2 di industri Migas dengan spirulina platensis sebagai bentuk dukungan PPM di DAV LNG tangguh.

Kepala Departemen Humas SKK Migas dalam sambutannya mengatakan bahwa Kegiatan kompetisi karya tulis dan karya jurnalistik yang merupakan bagian dari perayaan Dies Natalis UNIPA yang ke 21, (03/11/21), dihadiri lebih dari 30 perserta luring akademisi dan disiarkan secara daring kepada lebih dari 40 perserta, baik mahasiswa maupun jurnalis
Acara yang dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor III, DR. Kleopas Krei diikuti dengan antusias oleh setiap peserta maupun jurnalis, yang nantinya akan bertarung pada kegiatan karya jurnalistik penulisan feature terkait sejumlah karya ilmiah yang disampaikan oleh tujuh panelis.

“Rangkaian kompetisi ini dirancang untuk menanamkan nilai-nilai positif guna memunculkan potensi potensi sumberdaya maupun kesiapan kemitraan, dari hasil karya ilmiah kolaborasi keilmuan yang nantinya dikemas menarik dalam topik topik hasil karya tulis feature jurnalistik, sehingga diharapkan bisa memperkenalkan secara luas daya juang dan daya dukung SDM yang sudah terbentuk di wilayah Papua dan Maluku,”ujar Galih dalam keterangannya. ***

*** Olha Irianti Mulalinda

Komentar