Dinas Pertanian Maybrat Target Bidik Pasar Nasional Hasil Olahan Produk Lokal Kacang Saggrai

MAYBRAT, PBD – Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Maybrat bertekad dan berkomitmen akan terus mengangkat komoditi lokal hasil petani Maybrat, Papua Barat Daya. Untuk dapat lebih dikenal dan diangkat hingga pasar kanca nasional.

Beberapa komoditi lokal wilayah Maybrat yang gencar diangkat ke permukaan pada hari ini kacang tanah. Kacang ini dikemas menjadi oleh-oleh yakni, kacang saggrai khas asli Maybrat dan kacang merah. Dua komoditi ini jadi fokus pemerintah Maybrat melalui dinas pertanian dan pekebunan.

____ ____ ____ ____

“Tekad kita, kacang sanggrai dan kacang merah hasil komoditi lokal ini harus dikenal di pasaran. Oleh sebab itu, sebagai dinas teknis kita terus menggalakkan pelatihan buat petani,” jelas Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Maybrat, Marthen Howay saat ditemui di Kumurkek, Rabu (16/8/23).

Menurutnya, dorongan untuk mengangkat olahan komoditi lokal Maybrat mendapat dukungan penuh dari petani. Harapannya, kacang tanah yang tengah diangkat ke permukaan menjadi pintu masuk. Dan tidak menutup kemungkinan juga olahan komoditi lain akan diangkat yaitu keladi dan petatas.

“Sekarang tengah disusun rencana induk percepatan pembangunan di Papua. Kita sudah diminta oleh Bapernas untuk setiap kabupaten/kota buat perencanaan dibidang Otsus yang kegiatannya bersifat nyata dan pemberdayaan terhadap Orang Asli Papua (OAP). Perberdayaan dimaksud tidak hanya skala membuat kebun saja, tapi bagaimana mengolah hasil kebun hingga intervensi ke dunia pasaran,” ujar Marthen Howay.

Misalnya, kacang tanah yang tadinya dijual 1 kilo Rp 50 ribu. Lalu 1 kilo ini masih di dalam kulit dibagi pada kemasan Sangrai dapat menghasilkan 4 hingga 5 bungkus. Nah, kalau di Manado 1 bungkus dijual Rp 25 ribu ukuran kecil. Di Maybrat nyakin bahwa bisa tetap dijual Rp 50 ribu per-bungkusnya, tentu akan lebih untung, tambahnya.

Lanjut Marthe, kedepan juga pihaknya akan kolaborasi dengan pemerintah kampung sehingga dana-dana desa/kampung jangan diarahkan semua ke infrastruktur. Namun lebih diarahkan kepada pemberdayaan ekonomi kampung di kampung tersebut.

Begitupula dana Otsus, kata dia, sifatnya harus pro rakyat yang berdampak ekonomi. Jangan Otsus berbicara pembangunan infrastruktur, tapi bagaimana menciptakan petani yang dompet tebal, perut baisi dan otak baisi. Tidak perlu bangga anggaran besar, karena indikator diukur adalah masyarakat penerima manfaat.

“Jadi target kita kedepan, produk lokal dari Maybrat harus tembus di semua pasar dan semua swalayan maupun kios-kios. Soal ijin termasuk halal dan uji BPOM akan diurus. Bukan cuma bidik pasar nasional bila perlu internasional karena orang Maybrat itu, kita hanya kasih tunjuk jalan. Setelah mengerti pastinya memiliki tekad dan komitmen kuat untuk mandiri,” cetus Marten Howay.

Kita juga harap kedepan, produk lokal ada intervensi pemerintah dan dilindungi. Hasil produk-produk lokal ada regulasi mengatur khusus pangan lokal yakni Pergub ataupun Perda sehingga tidak lagi olahan dari luar terus di pasaran. Semua pelaku usaha wajib menerima dan menampung produk lokal. Jika tidak intervensi pemerintah sudah pasti masyarakat tidak berdaya, tutupnya. (Valdo)

Komentar