Bantu Taraf Hidup Masyarakat Pesisir, KKN Politeknik Saint Paul Kembangkan Potensi Wisata

SORONG,- Demi mempermudah mata pencaharian masyarakat pesisir sekaligus mengembangkan pontensi wisata alam, Mahasiswa dari Kampus Politeknik Saint Paul Sorong melakukan KKN pada tempat wisata yang berlokasi di Distrik Maladumes, Kota Sorong, Papua Barat.

Kegiatan KKN diikuti sebanyak 140 Mahasiswa yang dibagi menjadi 2 kelompok pada 2 lokasi Kelurahan Tangjung Kasuari dan Kelurahan Tanjung Saoka. KKN berlangsung selama 1 bulan mulai di lepas oleh pihak kampus (11/5/22) hingga pada hari ini, Sabtu (11/6/22) boleh berlangsung Acara Penarikan Mahasiswa KKN Angkatan IV dilokasi wisata tersebut.

Asisten Direktur III, Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama antar Lembaga Politeknik Saint Paul Sorong, Herry Widjasena, saat ditemui, Sabtu (11/6/22) mengatakan ini merupakan KKN ketiga di distrik maladumes kami ingin mengembangan potensi wisata agar berdampak pada masyarakat lokal papua dalam artian memberikan keuntungan.

“Mengapa kita pilih di daerah pantai karena kita ingin mengembangkan dengan namanya KKN tematik karena kita menentukan tema dan dilaksanakan oleh para mahasiswa. Mereka mengelaborasikan potensi yang ada untuk mendapat sebuah keunggulan, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tutur Widjasena.

“Jadi kita tidak sekedar KKN terus selesai tidak yah, tetepi dampak yang didapat dari kkn itu apa, Artinya dia bawa potensi pariwisata yang ada ini perlu dikelola untuk mendapat ada sebuah keuntungan pada masyarakat asli papua,” sambungnya.

Tidak hanya sampai disitu pihak kampuspun sudah melakukan kontrak kerjasama selama 5 tahun dengan pihak distrik, yang nantinya mereka akan kembali setiap bulan untuk mengecek pemanfaatannya seperti apa sampai pada pengelolaan keuangannya.

Ia menambahkan untuk tahun berikutnya akan dikembangkan lagi lokasi wisata pada keluarga yang lainnya, alasan dari pemilihan lokasi ini karena masyarakat masih lokal asli papua kalau diluar dari lokasi ini sudah heterogen yang artinya tercampur dengan suku-suku lain.

“Kita melepas mereka satu bulan itu dan mereka membuat sendiri rencana programnya apa yang dibuat itu adalah inovasi dari pada mahasiswa tapi kita tentukan tema karena kita melihat bahwa masyarakat disini cukup susah makanya kita fokus ke wisata,” terangnya.

Sehingga Ia berharap dengan apa yang diberi meski masih minim atau sangat terbatas ini hasilnya dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat terutama oleh si pemilik tempat wisata ini sehingga bisa dikembangkan dengan baik agar bisa membantu menghidupkan keluarganya. (Mewa)

Komentar