SORONG, – Pasca Gempa 5,5 Magnitudo pada Minggu (19/12/21) dini hari dan diikuti puluhan kali gempa susulan, ternyata berikut alasan mengapa Sorong digoyang beberapa kali gempa. Catatan BMKG hingga Senin (20/12) ada sekitar 96 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 4,9 dan magnitudo terkecil 1,9.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas III Sorong Papua Barat Rully Oktavia Hermawan kepada sejumlah media Senin (20/12/21) mengatakan bahwa wilayah Papua dan Papua Barat dilintasi oleh 9 patahan besar diantaranya Sesar Sorong, Sesar Manokwari, Sesar Yapen, Sesar Pegunungan Tengah Wamena, Ransiki, Salawati dan beberapa Sesar di Papua sehingga wilayah Sorong berpotensi terjadi gempa bumi dengan magnitudo hingga 8 skala richter (SR). Apalagi sejarah juga mencatat pernah terjadi beberapa kali gempa besar di Sorong, contohnya pada tahun 2015 terjadi gempa dengan magnitudo 6,8 SR.
Namun Ia tidak dapat memastikan kapan dan dilokasi mana bakal terjadi gempa besar, karena belum ada ilmu pengetahuan tentang gempa bumi yang dapat meramalkan atau memprediksi kedatangan gempa, bahkan di negara maju sekalipun.
“Untuk itu kita tidak pernah memberikan prediksi gempa bumi, yang ada prediksi cuaca, cuaca dapat diprediksi dan secara teknologi pengamatan dari satelit berupa radar dan peralatan alat pemantau cuaca mendukung. Tapi dari sisi potensi memang ada, karena ada jalur patahan gempa yang bisa dilihat melalui peralatan. Meskipun demikian, kita mohon kepada semua pihak termasuk masyarakat, untuk sama-sama membantu Pemerintah dengan belajar mitigasi bencana gempa bumi,” tegasnya.
Dikatakan Rully, masyarakat khususnya yang ada di wilayah Sorong harus tahu tentang mitigasi bencana yaitu apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana alam. Sebagai perbandingan, gempa besar di Jepang sering sekali terjadi, akan tetapi korbannya sangat minim. Hal tersebut berbanding terbalik dengan Indonesia, dimana gempa yang terjadi kecil tapi korbannya cukup besar.
“Ini membuktikan bahwa ada yang masih kurang, khususnya terkait bagaimana mitigasi bencana. Makanya BMKG mempunyai program go to school di SMP, SMA dan komunitas seperti Pramuka dan Rapi. Kami memberikan simulasi dan informasi jika terjadi bencana gempa, langkah apa yang harus dilakukan,” imbuhnya.
Ditambahkan olehnya bahwa gempa susulan merupakan proses kerja gaya tektonik dalam mencari keseimbangan, pasca terjadinya patahan pada kerak bumi. Sehingga gempa susulan lazim terjadi, pasca terjadinya gempa besar. Menurunnya aktivitas gempa susulan tersebut diatas, menjadi pertanda baik kondisi kegempaan di Sorong. (Oke)
Komentar