Menteri Agama Nasaruddin Umar: Cinta dan Kedamaian Fondasi Kerukunan Umat Beragama

SORONG, PBD – Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menegaskan bahwa cinta dan kedamaian merupakan fondasi utama dalam kerukunan umat beragama.

Menurutnya, sebesar apa pun penghasilan sebuah rumah tangga, tidak akan bermakna jika tidak dibarengi dengan kerukunan dan kebahagiaan.

Hal tersebut disampaikan Menag Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan pada pelaksanaan Seminar Moderasi Beragama yang digelar disalah satu hotel di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (13/12/25).

“Sebesar apa pun penghasilan sebuah rumah tangga, kalau tidak ada kerukunan, tidak ada nikmat itu. Sendi kerukunan adalah kedamaian, kebahagiaan, dan puncaknya adalah cinta. Cinta dan kedamaian fondasi kerukunan umat beragama,” ujar Menag Nasaruddin Umar.

Ia mengungkapkan bahwa sejak dilantik sebagai Menteri Agama, pihaknya berkomitmen mempromosikan konsep ekoteologi, yang kemudian dikembangkan menjadi teologi cinta.

“Konsep ekoteologi ini menekankan pentingnya peran agama dalam menjaga kemanusiaan, lingkungan serta arah perkembangan teknologi,” ucapnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta itu menjelaskan, satu tahun terakhir Kementerian Agama telah menginisiasi berbagai program ekoteologi. Bahkan, tiga minggu sebelumnya, Menag diundang ke Vatikan dan berdiskusi langsung dengan Paus ke-14, terkait tindak lanjut Deklarasi Istiqlal Vatikan.

“Dari sekian banyak deklarasi yang pernah ditandatangani Paus, termasuk dengan Grand Imam Al-Azhar, yang pertama kali ditindaklanjuti adalah Deklarasi Istiqlal Vatikan,” jelasnya.

Menag menyebutkan, terdapat tiga agenda utama yang menjadi fokus tindak lanjut deklarasi tersebut. Pertama, menghentikan dehumanisasi, yaitu pemusnahan nilai-nilai kemanusiaan akibat perang, konflik, dan pelanggaran hak asasi manusia.

“Kemanusiaan itu hanya satu. Humanity is only one, there is no other. Sudah saatnya bahasa agama digunakan untuk menyatukan, bukan memecah,” tegasnya.

Agenda kedua adalah pelestarian lingkungan hidup. Menurut Menag, tanpa lingkungan yang sehat, manusia tidak mungkin menjalankan perannya sebagai hamba dan khalifah Tuhan di bumi.

“Bahasa agama adalah bahasa paling efektif untuk menjaga alam. Kalau hukum dan politik, kontrolnya terbatas. Tetapi kalau agama dihidupkan, polisi dan hakimnya ada di hati manusia,” terangnya.

Ia mencontohkan berbagai bencana alam seperti banjir dan kerusakan hutan yang terjadi akibat eksploitasi alam tanpa tanggung jawab. Karena itu, Menag menilai peran tokoh dan pemimpin agama sangat strategis dalam menyadarkan umat akan pentingnya menjaga bumi.

Agenda ketiga yang menjadi perhatian serius adalah perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Menag mengingatkan bahwa kemajuan teknologi harus diarahkan oleh nilai-nilai moral dan keagamaan agar tidak melahirkan bentuk dehumanisasi baru.

“Jika kecerdasan buatan tidak dijinakkan oleh agama, ia bisa menjadi ancaman baru bagi kemanusiaan. Agama bukan cemburu pada ilmu pengetahuan, namun memberi arah moral,”tuturnya.

Menurut Menag, manusia tanpa kesadaran keagamaan berpotensi kehilangan nilai kemanusiaannya. Oleh sebab itu, agama harus hadir sebagai penuntun dalam perkembangan sains dan teknologi.

Pada kesempatan itu, Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya peran agama dalam tiga aspek utama kehidupan global, yakni menghentikan konflik dan peperangan, menjaga kelestarian lingkungan, serta memberi arah etis bagi kemajuan teknologi.

“Inilah komitmen kita bersama, agar agama benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam,” pungkasnya. (Jharu)

Komentar