SORONG,- Sejak tanggal 4 Desember 2012, noken Papua ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau Intangible Cultural Heritage oleh UNESCO, sehingga pada tanggal 4 Desember 2021 menjadi momen spesial bagi noken Papua yang berumur 9 tahun selama ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO.
Tas rajut tradisional asal Tanah Mutiara Hitam ini, mengandung nilai sejarah luar biasa. Meskipun terlihat sederhana, noken Papua mengandung nilai dan filosofi yang begitu unik, noken Papua mampu menjadi simbol kehidupan, perdamaian serta kesuburan untuk masyarakat Papua. Selain itu, noken Papua pun menyimpan nilai berbagi, demokrasi, dan kebenaran. Bahan noken Papua tak bisa sembarangan, terdiri serat kulit kayu, daun, batang anggrek, dan pewarna alami dari tumbuhan alam.
Saat ditemui Sorongnews.com usai melakukan longmarch dalam rangka memperingati 9 tahun noken Papua yang berakhir di Taman Sorong City, Kota Sorong, Papua Barat, Minggu (5/12/12), Johana Kamesrar mengatakan bahwa kegiatan ini adalah sebagai bentuk komitmen bersama untuk melestarikan warisan budaya tak benda terhadap noken Papua.
Dikatakannya, kegiatan ini merupakan kegiatan kelanjutan dalam rangka 15 hari kerja terhadap kekerasan perempuan dan anak, yang dimulai pada tanggal 25 november 2021 hingga akan berakhir ditanggal 10 desember 2021.
“Pada tanggal 25 dan 27 november kami telah membagikan bunga di jalan raya dan lembaga permasyarakatan, tanggal 1 pembagian pamflet bersama dengan Ikatan Waria Sorong dan sejumlah komunitas lainnya, tangal 3 desember memperingati Hari Penyandang Disabilitas Internasional dan tanggal 4 adalah hari noken sedunia, akan tetapi kami laksanakan ditanggal 5 Desember hari ini, serta tanggal 10 desember akan diwarnai dengan penyalaan 1000 lilin dalam rangka memperingati Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia,” Kata Johana Kamesrar.
Selanjutnya, Ia menyatakan bahwa noken adalah identitas.
“Noken adalah identitas orang Papua, noken adalah jiwa kita, noken adalah mama,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Ia meminta pemerintah daerah untuk memberikan regulasi dan memberikan kebijakan dengan bentuk anggaran sehingga dana Otonomi Khusus (Otsus) mampu mendukung perkembangan warisan noken Papua ini tentunya.
“Selain melestarikan warisan noken Papua, pemerintah mampu menyiapkan wadah dalam menampung dan mendidik penyandang disabilitas,” harapnya.
Kegiatan memperingati hari noken sedunia diikuti dari JKLPK, Forum Perempuan Tambrauw (Fopertam), Ena Agape, Cendekiawan Perempuan Papua (CPP), Komunitas Peduli Pendidikan, Sanggar Seni Sinifagu, Iwasor, dan mama-mama Papua.
Peringatan hari Noken sedunia ke 9 tahun tersebut dimeriahkan dengan penampilan fashion show oleh anak-anak dengan menggunakan busana adat Papua dan berdansa bersama, sempat dihiasi hujan angin yang melanda tempat tersebut. (Jharu)
Komentar