SORONG, PBD – Bukan perkara mudah menembus daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3 T) di wilayah Papua terutama di kawasan rawan konflik, salah satunya Kabupaten Maybrat di Papua Barat Daya.
Kabupaten Maybrat merupakan salah satu wilayah pemekaran dari kabupaten Induk Sorong pada tahun 2009. Dengan luas kawasan 5.461,69 kilometer persegi, dengan 41 Distrik atau kecamatan, memiliki 259 kampung dan 2 kelurahan, Maybrat tercatat memiliki 42.991 jiwa. Ada 4 sub suku di Kabupaten Maybrat yaitu suku Ayamaru, Aifat, Aitinyo (A3) dan Mare.
Kabupaten Maybrat ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu daerah rawan konflik. Nama Maybrat mencuat saat terjadi pembantaian sejumlah prajurit TNI oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Kisor Distrik Aifat Selatan pada tahun 2021.
Perjalanan dari Ibu Kota Provinsi Papua Barat, Kota Sorong ke Kampung Susumuk, Kecamatan Aifat, Kabupaten Maybrat ditempuh sekitar 6 jam atau sekitar 204 kilometer perjalanan darat. Jalan harus ditempuh perlahan saat melewati sejumlah jalan berlubang dan rusak dari Kabupaten Sorong menuju Aifat. Belum lagi jalan yang sempit mengharuskan pengemudi di balik kemudi harus lihai saat menikung tajam atau menaiki sejumlah tanjakan maupun turunan yang curam.
Pemandangan disepanjang perjalanan adalah hutan yang masih lebat, sesekali nyanyian merdu burung terdengar mengiringi perjalanan. Setelah melewati hutan rimbun diselingi sejumlah perkampungan warga, Supir harus memelankan kembali laju kendaraannya, karena khawatir menabrak warga atau Anjing yang berada di tengah jalan.
Ada sejumlah pos pemeriksaan saat menuju Maybrat, penumpang diperiksa oleh satuan Polisi Pamong Praja untuk menanyakan keperluan ke Maybrat. Setibanya di Ayamaru, pemandangan danau Ayamaru seluas 980 hektar menjadi daya tarik tersendiri sebelum menuju distrik Aifat.
Setibanya di Kampung Susumuk Kecamatan/Distrik Aifat, Agustinus Saa. Direktur CV Kamundan Mandiri bersama sejumlah karyawan terlihat sibuk menyiapkan peresmian SPBU Kompak BBM Satu harga. Dua buah drum BBM jenis pertalite, disiapkan Agustinus Saa untuk dibagikan gratis kepada warga yang sudah mengantri sejak pagi.
Setelah diresmikan secara serentak dengan 24 penyalur BBM lainnya se Indonesia pada Kamis (24/8/23), warga yang kebanyakan pengojek, ASN dan penjual sayur pun mengantri dengan tertib untuk mengisi Bahan bakar. SPBU ini pun masih terbilang sederhana karena pengisiannya masih manual dengan menuangkan BBM dalam jerigen dan kemudian dituangkan ke dalam tangki minyak pengendara.
Marta Sorry, salah satu pedagang sayur di Kampung Susumuk mengatakan tiap harinya Ia membawa dagangan sayur mayur ke Kumurkek untuk berjualan. Dimana Ia harus mengeluarkan biaya transportasi ojek Pulang Pergi Rp.100.000 (seratus ribu rupiah) perhari.
“Saya jual sayur kangkung, daun labu di Kumurkek, sehari belum tentu laku 100 ribu, jadi kalau beruntung uang jualan bisa simpan buat beli beras. Tapi kalau tidak habis di ojek. Jadi kadang kalau ada PNS yang Saya kenal, Saya menumpang ke Kumurkek untuk berjualan, supaya hemat uang ojek. Kalau tak ada uang dan tak ada kenalan, maka harus berjalan kaki,” ujar Marta.
Ia pun senang dengan kehadiran SPBU BBM satu harga karena dengan adanya BBM satu harga diharapkan biaya transportasi ojek pun ikut turun karena harga BBM yang murah dibandingkan BBM eceran.

Sementara itu, salah satu tukang ojek, Tonci Atanai, mengaku selama ini Ia membeli BBM Pertalite di pengecer, dimana perliter seharga Rp.25.000 yang dikemas dalam botol air mineral 1500 mili liter atau 1,5 liter. Kalau BBM lagi kosong, maka Ia pun terpaksa tidak bekerja. Ia berharap dengan kemudahan ketersediaan BBM satu harga, Ia dan ojek lainnya semakin rajin untuk mengojek. Sedangkan terkait tarif jasa ojek, Ia siap mengikuti keputusan pemerintah.
Kepala Kampung Susumuk, Hanok Waimbewer, pun turut senang dan bangga karena di Kampungnya saat ini hadir BBM Satu Harga. Sebagai Kepala kampung Ia pun meminta warganya untuk turut serta membantu pemerintah dalam menjaga keamanan di SPBU Kompak BBM Satu harga maupun petugas Pertamina yang mengantarkan minyak ke wilayah tersebut.
“Saya sebagai pemerintah kampung Susumuk dan mewakili kampung lainnya di Distrik Aifat, mengucapkan banyak terima kasih kepada Pertamina atas hadirnya BBM Satu harga disini. Saya harap kehadiran BBM satu harga ini bisa membantu kami masyarakat kecil supaya dapat meningkatkan perekonomian warga disini,” ujar Hanok.
Direktur CV Kamundan Mandiri, Agustinus Saa, bersuka cita atas kehadiran BBM satu harga di distrik Aifat yang telah lama dinantikan. Kehadiran BBM Satu harga menurutnya pun menjadi sebuah kemerdekaan bagi masyarakat asli Papua karena dapat menjadi Tuan di negerinya sendiri. Saking bahagianya, Ia pun menggratiskan pengisian BBM dihari peresmian.
“Kami sangat mengapresiasi Pemerintah daerah kabupaten Maybrat, Pak Bupati dan jajaran yang mengeluarkan aturan bahwa penjualan BBM harus dilakukan oleh orang asli Papua Maybrat di 4 wilayah sub suku masing-masing. Jangan saling melangkahi sub suku tersebut, agar tidak terjadi monopoli. Jadi misalnya di Aifat, maka orang asli Papua Maybrat dari suku Aifat yang bisa membuka usaha di Aifat, tidak bisa buka di Ayamaru atau Aitinyo,” ungkap Agus Saa.
Ia menambahkan bahwa SPBU Kompak BBM satu harga di Aifat saat ini sementara mendapatkan sekitar 5 ton BBM masing-masing untuk jenis pertalite, bio solar dan pertamax guna melayani kebutuhan masyarakat yang cukup banyak yaitu 6 distrik terdiri dari distrik Aifat, Aifat Selatan, Aifat Timur, Aifat Timur tengah, Aifat timur jauh dan Aifat timur selatan dengan total 73 kampung.
“Kami berharap kedepannya nanti kuota ini ditambah,” harap Agus.
Terkait pengawasan penyalahgunaan pembelian BBM yang dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, Agus Saa mengatakan akan melakukan pengawasan kepada pembelian yang berlebihan. Hal ini dilakukan agar semua warga di 73 kampung, 6 distrik dapat terlayani semuanya.
Mewakili Penjabat Bupati Maybrat, Bernhard Rondonuwu, Kepala dinas perdagangan, transmigrasi dan tenaga kerja, Samuel Asse Bless, mengatakan bahwa Pemerintah daerah telah mengeluarkan 16 ijin operasi lembaga penyalur BBM satu harga di wilayah Maybrat. Dimana dari 16 lembaga penyalur, baru 12 yang beroperasi dan semua pengusaha merupakan orang asli Papua Maybrat. Sedangkan 4 lainnya sementara masih dipending dengan pertimbangan dan alasan teknis lainnya.
“Dengan kehadiran Pertamina melalui BBM satu harga ini, membantu pengusaha lokal menjadi tuan di negerinya sendiri. Kalau ditempat lain, orang lain yang menguasai minyak, disini anak-anak asli Maybrat yang menjadi pengusaha minyak. Selain itu, dengan adanya lembaga penyalur BBM satu harga ini juga otomatis, membuka kesempatan peluang kerja bagi warga lokal dan perputaran uang di wilayah sini meningkat. Sehingga menumbuhkan tingkat perekonomian warga menjadi lebih baik lagi. Mewakili pemerintah daerah, kami memberikan apresiasi kepada Pertamina yang pro dengan masyarakat asli Papua di Maybrat,” ucap Samuel.
Terkait keamanan perdagangan dan investasi di wilayah Maybrat, Samuel menjamin bahwa keamanan di Maybrat saat ini sudah terjamin. Dimana kehadiran kepolisian dan TNI yang ada di Maybrat serta kondusifnya pemerintahan saat ini membuat perekonomian kabupaten Maybrat terus mengalami peningkatan.
“Saya katakan bahwa di Maybrat ini aman, sangat aman, tidak ada itu rusuh-rusuh seperti di berita-berita. Jalan kesini juga sudah bagus, jadi untuk investasi di Maybrat, orang berusaha, mau jualan disini, semuanya aman terkendali,” tegas Samuel.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun, mengatakan BBM Satu Harga ini merupakan jawaban dari permasalahan masyarakat yang ada di wilayah Papua hingga Maluku. Kebijakan BBM Satu Harga yang dicanangkan Pemerintah ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan akses BBM di seluruh Indonesia dan sebagai salah satu Implementasi Instruksi Presiden (Inpres) serta merealisasikan Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016 tentang Percepatan Pemberlakuan Satu Harga Jenis BBM Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) secara nasional sejak 1 Januari 2017.
“Kewajiban kami mengantar migas sampai ke daerah-daerah 3T, selama akses jalan bisa dilewati, siang, malam, panas, hujan, Mau 10 kali ganti ban di jalan kami siap mengantar sampai ke pelosok atau pedalaman. Terkecuali Bapak Polisi dorang peringatkan jangan antar karena pertimbangan tertentu, maka kami tidak akan naik,” ujar Edi.
Sebagai orang asli Papua yang besar di wilayah Sorong, Edi Mangun pun turut bangga karena di Maybrat penerapan Undang-Undang Otonomi Khusus (Otsus) dikuasai oleh orang asli Maybrat di masing-masing sub suku.
Ia pun mengimbau kepada pengusaha-pengusaha SPBU BBM satu harga di 12 titik yang ada di Maybrat untuk dapat melayani kebutuhan masyarakat sesuai peruntukannya dan jangan sampai lengah terhadap pengawasan agar tidak dimanfaatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Pertamina bersama Pemerintah dan pihak stakeholder akan selalu melakukan pengawasan terkait masalah perbedaan harga yang sering disalahgunakan oknum tertentu. Kalau ada sampai kami dengar, langsung ditindaklanjuti di lapangan,” ujar Edi.
Peresmian SPBU Kompak BBM satu harga di Kampung Susumuk Distrik Aifat yang masih dalam suasana bulan kemerdekaan Republik Indonesia ke 78, disambut antusias warga setempat. Turut hadir jemaat kampung setempat, mereka turut suka cita atas kehadiran SPBU tersebut sebagai bentuk kehadiran pemerintah kepada mereka yang jauh berada di timur Indonesia.
Ditempat terpisah, sesuai rilis tertulis yang diterima redaksi sorongnews.com, kegiatan peresmian BBM satu harga untuk wilayah Papua dipusatkan di terminal BBM Pertamina Patra Niaga di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, Kamis (24/8/23). Lembaga penyalur BBM Satu Harga di Papua yang diresmikan berjumlah 10 yaitu penyalur di Amberbaken (Tambrauw), Bikar (Tambrauw), Iwur (Pengunungan Bintang), Windesi (Teluk Wondama), Ekadide (Painiai), Kuari (Tolikara), Homeyo (Intan Jaya), Demba (Warope), Aifat Timur Tengah (Maybrat), Embetpem (Nduga) sehingga saat ini di wilayah Papua Maluku tercatat ada 140 lembaga penyalur BBM Subsidi.
Hadir dalam peresmian di Jayapura, Anggota Komite BPH Migas Eman Salman Arief dan Wahyudi Anas, serta Direktur BBM Sentot Harijady. (Olha Irianti)
Komentar