Lumpuh Otak Selama 23 Tahun, Ndo Bermimpi Jadi Fashion Designer

SORONG, – Pemilik Yayasan Nema Folok yang konsentrasi dalam bidang disabilitas pertama di Papua Barat, Ningrum mendapatkan pesan singkat dari anak perempuannya. Dalam pesan singkat tersebut benar-benar sangat singkat ditambah sejumlah simbol. Saat Ningrum menunjukan kepada Saya, Saya sempat mengernyitkan dahi dan kemudian tersenyum.

Ternyata anak perempuan Ningrum, Aisyatul Azizah yang biasa akrab disapa Ndo mengirim pesan yang mengatakan Ibu hati-hati di jalan, lagi hujan petir. Ibu kalau pulang jangan lupa membawa mie ayam tidak pedas, ketik Ndo kepada Ibunya.

Ningrum mengisahkan mengenai anak pertamanya Ndo yang sudah berusia 23 tahun hanya bisa berbaring diatas Kasur tipis.

“Ndo merupakan anugerah dari Tuhan kepada Saya dan keluarga. Bagaimana tidak, Setelah usia pernikahan Saya keempat, Saya baru hamil Ndo. Kami memberikan nama Aisyatul Azizah. Saat lahir, Ndo lahir sempurna dan lucu seperti bayi pada umumnya. Namun, diusia 4 bulan, Ndo mengalami demam dan enggan minum ASI. Saya dan ayahnya kemudian membawa Ndo ke Rumah Sakit di Jawa. Pihak rumah sakit meminta Kami melakukan scan bagian kepala Ndo yang masih sangat mungil itu dan kami melakukannya,” urai Ningrum.

Selang 3 hari, Ningrum kembali ke Rumah Sakit untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan tersebut. Seperti tersambar petir di siang bolong, Ia mendapatkan hasil dari dokter yang menyatakan bahwa Ndo mengalami pecah pembuluh darah hingga bagian otak terkecil.

“Dokter bilang, anak Saya mengalami pecah pembuluh darah hingga ke otak kecil. Jadi tidak bisa ngomong dan jalan. Saya tidak bisa ngomong apa-apa, Saya cuma bisa diam dan terus menangis sampai di rumah,” kisahnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Ningrum tak habis pikir, mengapa begitu berat ujian yang Ia terima. Selain kondisi anak yang divonis dokter tak bisa apa-apa, dokter juga memintanya berdoa dengan berharap mukjizat dari Tuhan untuk memperpanjang usia bayinya.

“Dokter bilang, kalau anak Saya paling lama hanya 9 tahun, Tuhan sudah ambil. Tapi, Alhamdulillah, Allah punya jalan lain, anak Saya masih ada hingga saat ini, usianya sudah 23 tahun. Ndo itu tidak bisa tidur, kalau tidak digendongan saya, jadi selama 2 tahun menyusui, saya tidurnya dengan kursi khusus yang dibuat Bapak Saya, dibawahnya dikasih perapian,” katanya.

Memang terlihat jelas kasih sayang Ningrum kepada Ndo. Apapun permintaan Ndo, sebisa mungkin Ningrum memenuhinya. Dengan sabar Ningrum merawat Ndo yang lahir di Temanggung 25 Februari 1998 dengan kasih sayang Ibu diatas rata-rata. Menyuapi, menggendong, mengganti popok, memandikan, hingga setia mendengar keluh kesah Ndo.

Saat berkomunikasi dengan Ndo, Ningrum menjadi penerjemah yang baik. Saay ditanya apa kesukaannya, Ndo dengan tegas mengatakan “Hello Kitty”. Ia menyukai Hello Kitty karena warna pink kegemaran perempuan pada umumnya.

Ia pun sangat mahir mengoperasikan handphone miliknya yang bercover pink.

Ningrum membuatkan tatakan khusus untuk meletakan handphone milik Ndo agar Ndo dapat mengoperasikannya.

Jari telunjuknya dengan lihai mengetik pesan ke ibunya jika Ningrum berada diluar rumah.

Selain untuk mengetik pesan, Ia juga pandai membuat kreasi fashion atau aksesoris melalui aplikasi Instagram atau tik tok.

“Saya suka model, Saya mau membuat baju terus dijual buat ibu, (Saya mau menjual baju secara online dan penghasilannya akan diberikan kepada ibu),” terang Ndo yang diterjemahkan Ibunya.

Ningrum mengatakan bahwa anaknya memang memiliki cita-cita menjadi fashion desainer serta berjualan baju online. Ia sering memadu padankan baju dan aksesoris di aplikasi handphonenya dengan model Dirinya, Ibunya bahkan neneknya.

“Tiap hari dia tinggal pegang hp terus. Semua barang yang dia mau, biasa dia download dan nanti gambarnya dikasih tunjuk ke Saya,” terang Ningrum.

Ningrum berharap, anak perempuan semata wayangnya selalu sehat dan selalu dalam perlindungan Tuhan.

“Apapun keadaannya Dia jadi manusia yang merdeka secara hidup dan kehidupannya. Semoga Dia jadi insan yang mandiri sesuai dengan keadaannya, karena disabilitas bukan kemauannya tapi merupakan anugerah dari sang pencipta,” harap Ningrum mengakhiri perbincangan Saya dengannya belum lama ini di kediamannya di Kelurahan Makbalim Kabupaten Sorong, Papua Barat. (Oke)

Komentar